Jembatan Ampera dibangun untuk mengatasi masalah transportasi yang dihadapi oleh masyarakat Palembang pada masa itu. Sebelum adanya jembatan ini, transportasi antara Palembang sebelah utara dengan sebelah selatan hanya dapat dilakukan melalui perahu atau perahu tambang.
Jembatan Ampera adalah salah satu spot bersejarah dan ikonik di Indonesia. Sarana penting bagi masyarakat ini berlokasi di Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Fasilitas Jembatan Ampera ini menghubungkan daerah Seberang Ulu dan seberang ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi. Jembatan Ampera sempat mengalami perubahan nama hingga aktivitas sejak dibangun.
Sejarah Jembatan Ampera dan Makna Namanya
Menurut website Pemerintah Kota Palembang, Jembatan Ampera dibangun pada tahun 1962 dengan biaya dari harta rampasan perang Jepang. Mengutip Balai Diklat Keuangan Palembang, Jembatan Ampera diresmikan pada tanggal 10 November 1965.
Awalnya, jembatan ini sempat diberi nama Jembatan Soekarno, sebagai ungkapan terima kasih Provinsi Sumatera Selatan kepada Presiden Soekarno dalam merealisasikan cita-cita masyarakat Sumatera Selatan, khususnya Palembang. Namun berubah seiring kondisi politik tanah air.
Nama jembatan pun disamakan dengan slogan bangsa Indonesia pada tahun 1960, yaitu Amanat Penderitaan Rakyat atau disingkat menjadi Ampera. Nama ini sebagai sebuah simbol kemerdekaan dari amanat penderitaan rakyat Palembang.
Jembatan Ampera pada mulanya dirancang agar bagian tengahnya bisa dinaikkan. Sehingga kapal-kapal besar yang melintas tak tersangkut badan jembatan. Terdapat peralatan mekanis berupa dua bandul pemberat yang masing-masing seberat sekitar 500 ton di dua menara jembatan.
Namun, pada tahun 1970, aktivitas naik turun pada bagian tengah jembatan tidak dilakukan lagi. Hal ini karena waktu untuk mengangkat jembatan yang cukup lama. Untuk satu kali proses penaikan bagian tengah jembatan membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit.
Pertimbangan lainnya yaitu semakin berkurangnya kapal-kapal besar yang melintasi Sungai Musi. Sehingga, pada tahun 1990, kedua bandung di dua menara jembatan diturunkan.
Jembatan Ampera - Mar 2024 |
Pewarnaan cat pada Jembatan Ampera pun mengalami beberapa kali perubahan. Pada awalnya, jembatan ini diberi warna abu-abu. Kemudian, pada sekitar 1970 sampai 1980-an berubah warna menjadi kuning. Lalu berubah lagi menjadi merah hingga sekarang.
Desain Jembatan Ampera dikembangkan oleh insinyur Prancis bernama J. L. Michel, yang bekerja untuk perusahaan Neyrpic-Creusot-Loire. Jembatan ini dirancang sebagai jembatan bascule atau jembatan angkat, yang dapat mengangkat bagian tengahnya untuk memberikan lewatannya kepada kapal-kapal yang lewat di Sungai Musi.
Jembatan Ampera selesai dibangun pada tahun 1965 dan diresmikan oleh Presiden Indonesia saat itu, yaitu Presiden Soekarno. Pembangunan jembatan ini melibatkan tenaga kerja dari dalam dan luar negeri.
Daya Tarik Jembatan Ampera
Pada malam hari, Jembatan Ampera dihiasi dengan lampu-lampu yang berderet di sepanjang jembatan. Sehingga, ikon Palembang ini tampak begitu indah dan eksotis.
Dari atas jembatan, pendatang bisa melihat Benteng Kuto Besak yang terletak tak jauh dari jembatan. Benteng Kuto Besak adalah sebuah benteng bersejarah peninggalan Sultan Mahmud Badaruddin I pada abad ke 18.
Pengunjung juga bisa menikmati keindahan pemandangan sekitar sambil menikmati hidangan makanan khas Palembang di warung terapung. Warung terapung adalah warung berbentuk perahu yang mengapung di perairan tepi Sungai Musi. Sehingga dari sini, pengunjung bisa menikmati keindahan Jembatan Ampera dan Sungai Musi pada malam hari.
Ukuran dan Berat Jembatan Ampera
Jembatan Ampera memiliki panjang 1,117 meter dan lebar 22 meter. Tinggi jembatan adalah 11,5 mdpl, sedangkan, tinggi menara adalah 63 meter dari tanah.
Jarak antar menara sekitar 75 meter. Sementara, berat jembatan berkisar 944 ton.
-----------------
Referensi :
- https://www.detik.com/sumbagsel/
- https://paltv.disway.id/
- Kunjungan Lokasi
thanks for your comments