Sejarah Taman Satwa Taru Jurug
Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) atau yang sering dikenal dengan kebun binatang Jurug, merupakan salah satu obyek wisata di Kota Solo yang terletak di sisi timur wilayah Solo, berada di tepian sungai Bengawan Solo, berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar.
Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) pada mulanya dibangun oleh PT Bengawan Permai pada tahun 1972 dengan nama Taman Jurug, saat itu Taman Jurug hanya berupa taman dan berbagai macam permainan. Sebelumnya, satwa-satwa yang ada di Taman Satwa Taru Jurug merupakan satwa yang berada di kawasan Taman Sriwedari (dulunya bernama Taman Bonrojo /Kebon Raja), dibangun oleh Paku Buwono X pada sekitar tahun 1870-an. Kiai Anggoro, seekor gajah milik Keraton Surakarta pernah menjadi maskot Bonrojo atau Bonbin Taman Sriwedari.
Setelah Sinuhun Paku Buwono X mangkat pada tahun 1939, kebun binatang (bonbin) Sriwedari lambat laun menjadi kurang terawat sehingga jumlah satwa menurun. Tahun 1986 kebun binatang tersebut diambil alih oleh Pemkot Surakarta. Untuk menjamin kehidupan satwa, maka kebun binatag dipindahkan ke Taman Jurug dengan dibentuk sebuah yayasan bernama Yayasan Bina Satwa Taruna. Sejak saat itu, nama Taman Jurug diganti nama Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ).
Klik DISINI untuk menuju ke lokasi dengan Navigasi GoogleMap
Hingga saat ini, Taman Satwa Taru Jurug masih sering dikunjungi oleh para wisatawan, khususnya wisatawan domestik. Letaknya yang berada di pinggir jalan utama, akses menuju tempat ini cukuplah mudah. Jika menggunakan kendaraan pribadi bisa lewat jalur utama Solo-Surabaya, letak taman Satwa Taru Jurug berada tepat disebelah timur Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) sejak dulu sudah menjadi salah satu ikon wisata di Kota Solo. Lokasi ini cukup nyaman untuk bersantai sambil menikmati berbagai spesies hewan dan tumbuhan. Pohon-pohon besar dan rindang bisa menjadi wahana untuk jalan-jalan dan berkeliling bersama keluarga.
Koleksi binatang di Taman Satwa Taru Jurug relatif lengkap, hal ini bisa dijadikan sebagai sarana pengenalan binatang kepada anak-anak maupun pelajar Pra-sekolah maupun Sekolah Dasar. Beberapa fasilitas penunjang di Taman Satwa Taru Jurug diantaranya masjid, arena bermain anak, kereta mini untuk mengelilingi Taman Jurug, dan menunggang gajah. Pada waktu tertentu, anda juga bisa menyaksikan atraksi reog/jaran dor, pertunjukan musik, acara Syawalan dan Festival Gethek yang diselenggarakan setahun sekali.
Harga tiket di Taman Satwa Taru Jurug
- Tiket masuk (HTM): Rp 15.000,- hari biasa dan Rp 20.000,- hari libur
- Kereta Mini: Rp 3.000,- satu kali putaran (not update)
- Menunggang Gajah: Rp 7.000,- sekali putaran (not update)
- Menunggag Kuda: Rp 7.000,- sekali putaran (not update)
Jam Buka Taman Jurug dari jam 07.00-17.00.
Fasilitas Taman Wisata Taru Jurug
Kebun Binatang Jurug ini telah lama dikembangkan oleh Pemkot Solo sebagai tempat wisata keluarga sehingga fasilitas penunjang yang ada sudah lumayan lengkap. Fasilitas yang ada tentunya berupa koleksi flora dan fauna, masjid, arena bermain anak, kereta mini dll. Selain itu pada waktu tertentu di Taman Satwa Jurug juga diadakan pementasan reog, pertunjukan musik, syawalan dan tak lupa Festival Gethek di Taman Satwa Jurug yang diselenggarakan setahun sekali. Selain itu di dalam Kompleks Taman satwa taru Jurug juga terdapat sebuah monumen yang dibangun untuk mengenang seorang maestro keroncong asal Solo yaitu Gesang. konon katanya pada waktu menciptakan lagu "Bengawan Solo" beliau terinspirsi ketika sedang berada di taman Jurug.
Koleksi Binatang Taman Satwa Taru Jurug
Koleksi binatang di Taman satwa jurug antara lain merak hijau, macan tutul, harimau sumatera, ular, komodo, iguana, kuda, landak, burung dan berbagai macam unggas lainnya, beruang, kera, zebra, unta, buaya, merak, kijang, gajah, siamang, dan fauna lainnya. Gajah tertua yang bernama Kyai Rebo di Jurug telah mati dan kini telah diawetkan dan dipajang di galeri koleksi binatang Taman Jurug persis setelah pintu masuk.
Selain fauna, Taman Jurug juga mengoleksi berbagai tumbuhan seperti pohon cemara, pinus, munggur (trembesi),flamboyan, akasia, dan pohon-pohon besar lainnya. Pohon-pohon yang tinggi dan rindang ini cukup membuat suasana sejuk seperti di hutan habitat asli binatang-binatang itu.
Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani
Di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi daya kekuatan.
------------------------
Sumber :
Kunjungan Wisata
https://kesolo.com/
http://tempatwisatadaerah.blogspot.com
3 comments
Mohon untuk direvisi harga tiket masuk TSTJ Surakarta hari biasa Rp.15.000 dan untuk hari weekend (sabtu/minggu) Rp. 20.000
Terimakasih.
Terima kasih update informasinya, maklum harga jaman sebelum dollar meroket ... Hehe .. :)
Tingkatkan jumlah satwa, dan perbaikan tempat,kandhang,tamantaman serta fasilitas lain kelengkapan demi kenyamanan pengunjung...majulah tstj
thanks for your comments