Pantai Pagatan adalah sebuah pantai yang berada di wilayah Desa Pagatan, Kecamatan Kusam Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Pantai ini mempunyai panorama laut biru yang berlatar langit yang biru juga, deburan ombak yang relatif kecil menambah nilai tambah tersendiri. Dengan angin laut nya yang bertiup sepoi-sepoi cocok untuk keluarga anda yang ingin berlibur. Pasir putih pantainya memanjang dari barat ke timur serta luasnya yang mencapai 1,5ha sehingga akan memberikan ruang cukup bagi anda untuk melakukan segala aktivitas ketika berlibur kesini. Selain itu di sini anda juga bisa membuat patung dari pasir, berjemur, menyusuri pantai dan berolahraga air. Memancing juga merupakan kegiatan menarik lainnya yang dapat anda lakukan, karena kawasan di sekitar Pantai Pagatan terkenal sebagai salah satu sentra penghasil ikan laut bagi Kabupaten Tanah Bumbu.
Pantai Pagatan Pada sore harinya, eksotisme Pantai Pagatan makin terasa. Detik-detik menjelang matahari terbenam di balik ufuk cakrawala merupakan salah satu moment spesial yang dapat anda nikmati di sini. Saat-saat tersebut dapat anda nikmati sambil bersantai di tepi pantai atau dari pondok-pondok wisata. Bila anda bosan berada di sekitar pantai, anda dapat mengunjungi perkampungan nelayan yang lokasinya tidak jauh dari pantai. Selain menyaksikan secara langsung budidaya ikan, di sini anda juga dapat menemukan beberapa keluarga yang menjual keripik ikan. Sedangkan jika anda yang ingin menyaksikan ritual khas nelayan keturunan Bugis di sekitar kawasan Pantai Pagatan, anda bisa datang pada datang kesana dua minggu terakhir bulan April. Puncak acaranya dikenal dengan nama Pesta Laut yang melarungkan sesajen telah dimantari ke tengah laut atau belerang saji.
Pantai ini dikenal masyarakat terutama karena festival Pesta Pantai atau Pesta Laut yang dikenal dengan Mappanretasi diselenggarakan di tempat ini setiap tahun di bulan April.
Pantai Pagatan memiliki garis pantai sejauh 200 m. Pasir putih pantainya memanjang dari barat ke timur sejauh 1,5 km serta luasnya 1,5 hektar. Hal ini memungkinkan para wisatawan untuk melakukan berbagai aktivitas di pantai ini.
Sejarah Kerajaan Pagatan
Kerajaan Pagatan (1775-1908) adalah salah satu kerajaan bekas daerah otonomi di dalam negara Banjar] yang pernah berdiri di wilayah Tanah Kusan atau daerah aliran sungai Kusan, sekarang wilayah ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Wilayah Tanah Kusan bertetangga dengan wilayah kerajaan Tanah Bumbu (yang terdiri atas negeri-negeri: Batu Licin, Cantung, Buntar Laut, Bangkalaan, Tjingal, Manunggul, Sampanahan).Penguasa Kerajaan Pagatan disebut Arung (bukan Sultan), Belanda menyebutnya de Aroeng van Pagattan. Permukiman Pagatan didirikan oleh Puana Dekke (La Dekke), seorang imigran suku Bugis atas seijin Sunan Nata Alam atau Panembahan Batuah dari Dinasti Tamjidullah I. Negeri Pagatan kemudian menjadi sekutu Sunan Nata Alam untuk menghabisi rival politiknya yaitu Sultan Amir bin Sultan Muhammadillah (keturunan Sultan Kuning) yang menuntut tahta Kesultanan Banjar dengan dukungan Arung Turawe (Gusti Kasim) beserta pasukan Bugis-Paser. Atas keberhasilan mengusir Sultan Amir dari Tanah Kusan, La Pangewa/Hasan Pangewa, pemimpin orang Bugis Pagatan, dilantik Sultan Banjar sebagai kapitan (raja) Pagatan yang pertama sekitar tahun 1784 dengan gelar Kapitan Laut Pulo.
Kerajaan ini semula merupakan sebagian dari wilayah Kesultanan Banjar selanjutnya menjadi bawahan Hindia Belanda, karena diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda dalam Traktat Karang Intan. Menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178, wilayah kerajaan ini merupakan "leenplichtige landschappen" dalam Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe.
Wilayah tenggara Kalimantan semula merupakan satu wilayah Kerajaan Tanah Bumbu yang diperintah oleh keturunan Sultan Banjar dengan pusat kerajaan kemungkinan dahulu terletak dekat perbatasan Kerajaan Pasir yaitu di negeri Cengal (Pamukan) seperti halnya Kerajaan Kotawaringin yang berdiri dekat perbatasan Kerajaan Tanjungpura. Raja Kerajaan Tanah Bumbu yang terkenal adalah Ratu Intan I, dalam perkembangannya kemudian terbagi menjadi beberapa kerajaan kecil atau kepangeranan, karena rajanya hanya berhak bergelar Pangeran atau Ratu seperti gelar putra/putri Sultan Banjar, karena sebenarnya wilayah tersebut merupakan cabang Kesultanan Banjar yaitu keturunan Pangeran Dipati Tuha bi Sultan Saidullah. Belakangan juga berdiri beberapa kerajaan kecil seperti Kerajaan Kusan, Sabamban, Batoe Litjin, Poelau Laoet dan Kerajaan Pagatan yang diperintah oleh keturunan Dinasti Tamjidullah I dan sekutunya. Kalau dilihat luas wilayahnya, semua kerajaan-kerajaan ini dapat disamakan dengan sebuah lalawangan (distrik) yang ada di Kesultanan Banjar pada kurun waktu yang sama.
Daerah Pagatan baru ada sekitar tahun 1750 dibangun oleh Puanna Dekke', hartawan asal Tanah Bugis tepatnya dari daerah Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan. Puanna Dekke' berlayar menuju Kesultanan Pasir, hatinya tidak berkenan sehingga menyusuri Kerajaan Tanah Bumbu (sekarang Kabupaten Kotabaru) dan belum menemukan daerah yang dapat dijadikan permukiman sampai dia menemukan sungai yang masuk dalam wilayah Kesultanan Banjar. Selanjutnya bertolaklah Puanna Dekke' menuju Banjarmasin untuk meminta izin kepada Sultan Banjar (1734) yaitu Panembahan Batu untuk mendirikan pemukiman di wilayah tersebut, yang kelak menjadi Kerajaan Pagatan. Pada akhirnya wilayah Kerajaan Pagatan dan Kerajaan Kusan disatukan menjadi semacam federasi dengan sebutan Kerajaan Pagatan dan Kusan dan rajanya disebut Raja Pagatan dan Kusan.
Pangeran Djaja Soemitra anak dari pangeran M. Nafis dan menjadi Raja Kusan IV tahun 1840-1850, kemudian ia pindah ke Kampung Malino dan menjadi Raja Pulau Laut I pada tahun 1850-1861. Sejak itu pemerintahan kerajaan Kusan digabung dengan kerajaan Pagatan.
Nama Raja Pagatan
Pangeran Djaja Soemitra anak dari pangeran M. Nafis dan menjadi Raja Kusan IV tahun 1840-1850, kemudian ia pindah ke Kampung Malino dan menjadi Raja Pulau Laut I pada tahun 1850-1861. Sejak itu pemerintahan kerajaan Kusan digabung dengan kerajaan Pagatan.
---------------------------
Peradapan Kalimantan Selatan, khususnya daerah sepanjang pesisir pantai seperti Pagatan, KotaBaru, dan Martapura tidak lepas dari pengaruh masuknya islam di tanah borneo tersebut. tercatat banyak ulama Islam dari Yaman dan Jawa yang menjadi tokoh dan bahkan sampai terbentuknya kerajaan Islam disana. Bila tidak salah Kalsel merupakan Kota "Habaib-nya" Kalimantan.
Penulis ditakdirkan menjadi salah seorang yang mendapat kesempatan untuk bisa melihat keindahan wisata di wilayah Pagatan tersebut, termasuk pantainya yang indah. saat itu profesi saya mengharuskan kunjungan lapangan dan melintasi wilayah Pagatan hampir setiap 6 bulan.
Melihat dari sisi kekayaan alamnya, Kalimantan Selatan termasuk salah satu Provinsi di Indonesia dengan kekayaan alam yang melimpah, mulai dari Tambang Batu Bara, Perikanan, Perkebunan (khususnya Kelapa Sawit), Mutiara, Pertanian (penghasil beras), dan masih banyak lagi termasuk batu alam (batu cincin).... hehehehe....
Peradapan Kalimantan Selatan, khususnya daerah sepanjang pesisir pantai seperti Pagatan, KotaBaru, dan Martapura tidak lepas dari pengaruh masuknya islam di tanah borneo tersebut. tercatat banyak ulama Islam dari Yaman dan Jawa yang menjadi tokoh dan bahkan sampai terbentuknya kerajaan Islam disana. Bila tidak salah Kalsel merupakan Kota "Habaib-nya" Kalimantan.
Penulis ditakdirkan menjadi salah seorang yang mendapat kesempatan untuk bisa melihat keindahan wisata di wilayah Pagatan tersebut, termasuk pantainya yang indah. saat itu profesi saya mengharuskan kunjungan lapangan dan melintasi wilayah Pagatan hampir setiap 6 bulan.
Pesisir Pantai Pagatan & Kegiatan penulis dalam cek aset dan kondisi operasional Pesawat |
Sumber:
Kunjungan Lapangan
http://wikipedia.org/
thanks for your comments