PENGERTIAN AGRO-HIDROLOGIIlmu yg mempelajari distribusi pergerakan air dan larutan tanah ke dan dari zone perakaran di lahan pertanian. Mencakup distribusi pergerakan air irigasi dan air permukaan dalam sistem perpindahan pada lahan pertanian. Air permukaan: air yg mengalir di permukaan bumi (daratan). Ilmu yg mempelajari prilaku air di bumi, tentang terdapatnya, sirkulasi, penyebarannya, sifat-sifat fisik dan kimianya, reaksinya dengan lingkungan termasuk hubungannya dengan makhluk hidup.
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peranan air bagi tumbuhan tanaman sangat besar
karena 90 % tubuh terdiri atas air.
Beberapa fungsi air bagi tanaman meliputi: (1) sebagai bahan baku (sumber
hydrogen) dalam proses fotosintesis, (2) penyusun protoplasma yang sekaligus
memelihara turgor, (3) bahan atau media dalam proses transpirasi, (4) pelarut
unsur hara dari dalam tanah dan dalam tubuh tanaman serta sebagai media
translokasi unsur hara dari dalam tanah ke akar untuk selanjutnya di kirim ke
daun ( Sugito, 1999).
Tingkat pengelolaan air bagi pertumbuhan menjadi
sangat penting bila kita melihat kenyataan bahwa tidak semua air yang tersedia
dalam tanah dapat digunakan sepenuhnya oleh tanaman. Adapun faktor-faktor
lingkungan seperti suhu air, suhu udara, kelembaban (RH), kecepatan angin,
tekanan udara dan sinar matahari akan mempengaruhi besarnya kehilangan air
dalam tubuh tanaman baik melalui proses evaporasi maupun transpirasi.
Tingkat kebutuhan air pada setiap tanaman
berbeda-beda, tergantung jenis dan golongan tanaman tersebut. Ada tanaman yang menghendaki jumlah air yang
banyak (penggenangan) dan ada tanaman yang menghendaki pengairan dengan
drainase yang baik. Agar diperoleh produksi yang maksimum, dalam pembudidayaan
kita harus tahu sifat-sifat tanaman yang kita budidayakan degan baik, sehingga
kita dapat menentukan sistem pengairan yang akan diterapkan.
Kebutuhan air bagi tanaman sama dengan kehilangan air
per satuan luas yang diakibatkan oleh kanopi tanaman ditambah dengan hilangnya
air melalui penguapan permukaan tanah pada luasan tertentu. Namun faktor yang
mempengaruhi tanaman tidak hanya air, tetapi juga keadaan struktur tanah, jenis
tanah, kandungan bahan organik, dan lain-lain. Penyediaan dan pemberian air
secara efektif dan efisien dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
kondisi tanah pertanian setempat, jenis tanaman, topografi tanah dan iklim. Hal
inilah yang menyebabkan sangat pentingnya pengelolaan air pada lahan produksi
tanaman agar air selalu tersedia dengan cukup untuk kehidupan tanaman. Salah
satu sistem pengairan yang dapat digunakan adalah dengan pembuatan jaringan
irigasi dan saluran drainase pada lahan pertanian.
Pengelolan air sangatlah penting bagi pertanian. Cara
pemberian air dan penyediaan serta pembuangannya dapat diketahui secara tepat
melalui kajian yang cukup mendetail mengenai irigasi, dengan memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan air secara efektif dan efisien.
Dengan demikian diharapkan dapat lebih tahu mengenai pengelolaan air yang baik
dan tepat agar tanaman yang dibudidayakan dapat berproduksi secara maksimal.
Pengelolaan air yang baik akan mempengaruhi
keberhasilan produksi pertanian, disamping faktor lainnya. Selain itu bila
pengelolaan air dilakukan dengan baik, maka pada musim penghujan tidak akan
banjir atau sebaliknya pada musim kemarau tidak akan menderita kekeringan (air
tetap tersedia bagi tanaman). Dengan demikian diharapkan usaha pertanian dapat
terus berjalan sepanjang tahun, tidak tergantung pada musim. Dengan demikian
diharapkan hasil komoditi pertanian dengan sendirinya dapat ditingkatkan dan
selalu tersedia secara kontinyu dalam jumlah yang cukup.
Proses hilangnya air dari lahan pertanian dapat
melalui proses evaporasi ataupun dalam bentuk transpirasi oleh tanaman, dimana
evaporasi adalah peristiwa penguapan air dari segala permukaan tanah ke
permukaan udara. Sedangkan transpirasi adalah peristiwa kehilangan atau proses
penguapan air dari atau oleh permukaan tanaman. Gabungan peristiwa itu dikenal
dengan evapotranspirasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi
adalah suhu air, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, sinar
matahari dan lain-lain yang berhubungan satu sama lainnya (Sugito, 1999).
Evapotranspirasi potensial (Ep) adalah banyaknya air
yang ditranspirasikan, baik melalui permukaan tanaman maupun permukaan tanah
dimana tanaman tumbuh. Pengukuran banyaknya evapotranspirasi tidak dapat
diperkirakan dengan teliti, mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi sangat
banyak dan lebih sulit dari faktor evaporasi. Adapun beberapa cara pendekatan
dalam memperkirakan jumlah evapotranspirasi diantaranya dengan menggunakan
metode pengukuran langsung dengan alat Lysimeter, pendekatan dengan
Aerodinamik, pendekatan Neraca energi, menggunakan metode Evapometri dan menggunakan
rumus Empiris dengan satu atau beberapa faktor iklim.
Pada praktikum kali ini akan dikaji seberapa besar
kebutuhan air tanaman dengan memperlakukan pemberian beberapa volume air yang
berbeda pada tiap-tiap pot tanaman. Perbedaan volume air yang diberikan ini
selain untuk mengetahui kebutuhan air tanaman juga dapat diketahui volume air
yang paling baik yang harus diberikan dengan variable pertumbuhan tanaman yang
diukur.
B.
Tujuan Praktikum
Praktikum Agrohidrologi ini dilakukan dengan tujuan
untuk menentukan besarnya evapotranspirasi dan pengaruh penambahan beberapa
dosis bahan organic (BO) terhadap pertumbuhan pada beberapa jenis tanaman
terong, tomat, dan cabe pada jenis tanah Entisols.
C.
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Agrohidrologi ini dilaksanakan
mulai hari Rabu, tanggal 25 Mei 2005 pukul 16.00 WIB dan bertempat di
Laboratorium Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Jenis Tanah
Jenis tanah Entisols dicirikan oleh bahan mineral
tanah yang belum membentuk horizon pedogenik yang nyata, karena pelapukan baru
dimulai, atau hasil bahan induk yang sukar lapuk seperti, pasir, kuarsa, atau
terbentuk dari batuan keras yang larutnya lambat seperti batu gamping atau
topografi sangat miring sehingga kecepatan erosi melebihi pembentukan horizon
pedogenik atau pencampuran horizon olah tanah atau hewan. Profil tanahnya tidak
mempertihatkan translokasi bahan (Darmawijaya, 1990).
Tanah Entisols merupakan jenis tanah yang masih sangat
muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangannya. Tidak ada horizon
penciri lain kecuali epidon ochric (horizon berwarna terang, bahan organic <
1% atau keras-sangat keras dan massif), albic (horizon berwarna pucat/ horizon
A) atau histic. Tanah ini dulu disebut tanah alluvial atau tanah regosol
(Hardjowigwno, 1995).
Entisols adalah tanah yang belum berkembang dan banyak
dijumpai pada tanah dengan bahan induk yang sangat beragam, baik dari jenis,
sifat maupun asalnya. Beberapa tanah jenis Entisols antara lain berupa tanah
yang berkembang dari bahan Alluvial muda berlapis-lapis tipis, tanah yang
berkembang di atas batuan beku dengan solum dangkal atau tanah yang berkembang
pada kondisi yang sangat basah atau sangat kering (Munir, 1996).
Entisols merupakan tanah-tanah yang menjadi tanah
asal baru. Mereka dicirikan oleh kenampak kurang mudaan dan tanpa horizon
genetic alamiah, atau juga mereka hanya mempunyai horizon – horizon permulaan.
Pengertian Entisols adalah tanah – tanah dengan regolit dalam atau bumi tidak
dengan horizon, kecuali mungkin lapis bajak. Beberapa Entisols, meskipun begitu
mempunyai horizon plaggen,agric atau horizon E (albic), beberapa mempunyai
batuan beku yang keras dekat permukaan (Foth,1995).
Entisols merupakan tanah perkembangan baru yang
terbentuk dari bahan yang diendapkan dari berbagai bahan induk. Kebanyakan
adalah tanah dataran dan disebut macam – macam rapat fluvisol, alluvial, andosol,
tanah gelap (Williams et al,.1993).
B.
Jenis Tanaman
Tanah yang baik untuk Tanaman Cabe rawit adalah tanah
lempung berpasir atau tanah ringan yang benyak mengandung bahan organik dan
banyak unsur hara. Cabe rawit bisa ditanam disegala macam tanah asal gembur,
cukup unsur hara dan tidak tergenang air (Pracaya, 1994).
Tanaman terong dapat tumbuh pada hampir semua jenis
tanah tapi keadaan tanah yang paling baik untuk tanaman terong adalah jenis
lempung berpasir, subur, kaya akan bahan organik, aerasi drainasenya baik serta
pada pH antara 6,3 – 7,3. Pengairan dilakukan rutin tiap hari terutama pada
fase awal pertumbuhan dan keadaan cuaca
kering. Hal yang terpenting dalam pengairan ini adalah menjaga tanah tidak
kekeringan ataupun terlalu basah (becek). Cara pengairannya dapat di Lab atau
disiram dengan alat bantu (gembor) (Rukmana, 1994).
Terong (Solanum melongena), termasuk famili solanaceae
yaitu tanaman menahun berumur pendek berbentuk perdu, lazimnya ditanam sebagai
tanaman semusim karena jita sudah tua menjadi sangat besar dan hasilnya menurun
tajam. Tanaman terong mempunyai bentuk kultivar dan kebanyakan teradaptasi baik
pada dataran rendah tropika, walaupun tanaman ini juga ditanam sebagai
pertanaman musim panas. Kultivar terong dapat dikelompokkan berdasar warna
kulit dan bentuk buah (William et all., 1993).
Tanaman tomat merupakan tanaman yang dapat tumbuh di
semua tempat, dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Hanya saja di daerah
yang bertanah basah dan banyak curah hujan pertumbuhannya agak kurang baik,
yang mana dapat menyebabkan akar tomat mudah busuk, dan tanaman tidak mampu
mengisap zat-zat hara dari dalam tanah karena sirkulasi udara dalam tanah dan
di sekitar akar tomat yang tidak mendukung sehingga tanaman tomat mengalami
kematian (Tugiyono, 1995).
Cabe rawit kebanyakan ditanam di daerah tegalan atau
daerah tadah hujan. Secara umum tanaman cabe sangat baik tumbuh di daerah
ilkimnya bervariasi (curah hujan dan panasnya cukup). Karena dapat tumbuh
di mana saja, cabe rawit di kenal
sebagai tanaman yang luwes untuk di budidayakan. Hanya saja, cabe rawit yang
ditanam di tempat yang berbeda akan menghasilkan produksi yang berbeda pula.
Daerah tumbuh cabe rawit yang paling cocok yaitu dataran dengan ketinggian
antara 0-500 m dari permukaan laut (Setiadi, 1994).
C.
Evapotranspirasi
Dalam kondisi lapangan secara praktis tidak mungkin
untuk membedakan antara evaporasi dan transpirasi jika tanah ditutupi oleh
vegetasi. Kedua proses ini biasanya dikelompokkan bersama dan disebut
evapotranspirasi. Jumlah air yang lepas dari suatu daerah akibat
evapotranspirasi pertama-tama tergantung pada terjadinya presipitasi, kedua pada
factor iklim dari temperature, kelembaban dan seterusnya, dan ketiga pada jenis
cara pengolahan dan banyaknya vegetasi (Marjuki, 1993).
Pori-pori stomata pada daun, angka perbandingan antara
air yang diuapkan dari transpirasi dan zat tanaman kering yang diproduksi dapat
melampaui 500. Transpirasi ini pada dasarnya adalah penguapan dari daun
tanaman. Laju transpirasi oleh karena sama dengan laju penguapan dari
permukaan. Air bebas bila aliran air tanaman tersebut tidak terbatas. Perkiraan
sebagai pengantar untuk memperkirakan evapotranspirasi potensial dari permukaan
tanah yang tertutup tumbuh-tumbuhan (Grifiths, 1994).
Penguapan melalui permukaan air disebut evaporasi,
seperti permukaan kolam, sungai, danau, dan tanah. Penguapan permukaan ini
diukur, satuannya adalah mm/ hari. Faktor yang mempengaruhi penguapan adalah
panas, kecepatan angin, luas permukaan dan kelembaban udara. Penguapan melalui
tanaman disebut transpirasi melalui daun, batang, dan lain-lain. Gabungan dari
penguapan melalui permukaan air tanah dengan penguapan melalui tanaman disebut
dengan evapotranspirasi
(Hardjodimono, 1992).
Evapotranspirasi yang sering disebut sebagai suatu
kebutuhan konsumtif tanaman di areal irigasi adalah suatu proses penguapan dan
transpirasi, kebutuhan itu merupakan nilai penjumlahan air untuk transpirasi,
kebutuhan itu merupakan nilai dari evapotranspirasi meningkat sesuai pertumbuhan, dan bisa mencapai maksimum pada
saat penutupan vegetasi maksimum, setelah mencapai maksimum dan berlangsung
beberapa saat menurut jenis tanaman, nilai evapotranspirasi menurun sejalan
dengan pematang biji menuju saat panen (Wisher, 1991).
Kehilangan air karena transpirasi dapat diperkecil
oleh mulsa jerami dan perlakuan tanaman lindung ditujukan untuk penurunan
transpirasi secara langsung, oleh perlakuan kimia, dan secara tidak langsung
dengan pengelolaan seperti pengontrolan benih dan kelembaban optimum pertanaman
dan lain sebagainya (Grifiths, 1994).
D.
Bahan Organik
Pada tanah yang tidak di pupuk pengaruh BO yang menguntungkan
terdiri dari memberikan sebagian besar nitrogen dan belerangnya kepada tanaman,
mempertahankan daya tukar kation, menghalangi tempat penambatan fosfor,
memperbaiki struktur tanah yang teragregat secara tidak baik dan pembentukan
gabungan (kompleks) dengan unsur mikro
(Sanchez, 1992).
Kandungan bahan organik yang cukup didalam tanah,
dapat memperbaiki kondisi tanah agar tanah tidak terlalu berat atau terlalu
ringan. Pemberian bahan organik juga dapat memperbaiki sifat biologi tanah
salah satunya adalah meningkatkan aktifitas mikroorganisme, sehingga kegiatan
mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik meningkat, dengan demikian unsur
hara yang terdapat dalam tanah menjadi tersedia bagi tanaman. Demikian pula
semakin tinggi bahan organik dalam tanah maka air yang bisa diikat semakin
tinggi pula dan kemampuan menyediakan air tanah lebih banyak (Sugito et all,
1995).
Salah satu unsur pembentuk tanah adalah Bahan
Organik. Jadi jelaslah betapa pentingnya penambahan BO ke dalam tanah. Seperti
kita ketahui, bahan organik terbentuk dari sisa tanaman, hewan atau kotoran
hewan, juga sisa jutaan makhluk kecil yang berupa bakteri, jamur, ganggang
hewan satu sel maupun banyak sel. Sisa hewan dan tumbuh-tumbuhan ini sebelum
menjadi BO akan mengalami proses perubahan lebih dahulu (Murbandono,1995).
BO berfungsi sebagai penyimpan unsur hara yang secara
perlahan dilepaskan ke dalam larutan air tanah
dan disediakan bagi tanaman. BO di dalam atau diatas tanah juga
melindungi dan membantu mengtur suhu dan kelembaban tanah. Sering kali pemanfaatan BO digabungkan dengan
teknik-teknik lain dengan fungsi yang saling melengkapi misalnya pemanfatan
pupuk buatan, pengolahan tanah, pengumpulan air, penaungan dan pembuatan
pematang. Pengolahan BO berbeda sesuai dengan situasi dan tanamanya. Pengolahan
yang tidak memadai dapat menyatakan pemanfaatan unsur hara yang tidak efisien,
hilangnya unsure hara, pengikatan unsur hara/pengasaman (Reijntjes et al.,1992)
Pada tanah tropika yang lewbih jarang teratus baik
(oxixols,ultisol,alfisol). Bahan organic akan memperbaiki keduanya, kemampuan
memegang nutrient (KPK) dan kapasitas pemegangan air. Sedang pada tanah – tanah
berat, bahan organic akan memperbaiki penguasaan dan kemantapan tanah melalui
perbaikan struktur tanahnya. Inilah alas an – alas an utama untuk menekan
pemberian bahan organic secara teratur pada kebanyakan tanah tropika yang juga
digunakan untuk produksi sayuran terutama pada budidaya sayuran yang intensif
(Williams et al.,1993)
E.
Pengelolaan air di bidang pertanian
Irigasi berarti pemberian air pada tanaman untuk
memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhannya. Kebutuhan air tanaman sama dengan
kehilangan air persatuan yang disebabkan oleh kanopi tanaman ditambah dengan
hilangnya air yang melalui penguapan permukaan tanah dan penguapan melalui
tajuk tanaman. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai banyaknya air yang
hilang dari areal pertanian setiap satuan luas dan satuan waktu yang digunakan
untuk dievaporasikan dari permukaan tanah. Jadi prinsipnya kebutuhan air tanaman
adalah evapotranspirasi (Kartasapoetra, 1991).
Kaebutuhan air bagi tanaman dinyatakan sebagai jumlah
satuan air yang diikat persatuan berat kering. Sementara tumbuh, tanaman terus
menerus menghisap air dari tanah dan tumbuh cepat memerlukan banyak air, jauh
lebih banyak dari pada jumlah yang
terdapat dalam tanaman itu
sendiri (Santoso, 1993).
Untuk pengaturan tata air dipetak persawahan, perlu
dibuat galengan-galengan dan pintu-pintu untuk pemasukan dan pengeluaran air,
ke atau dari petak sawah agar air dalam petak sawah dapat diatur sesuai dengan
keperluan air tanaman. Tinggi galengan dibuat sedemikian rupa sehingga pada
waktu pasang banyak air tidak masuk ke petakan persawahan, supaya mengalirnya
air pada waktu pasang maupun surut lancer (Harsoyo, 1990).
Struktur tanah
mempengruhi pertumbuhan tanah lewat pengaruhnya terhadap perkembangan akar
tanaman dan proses fisiologi akar tanaman. Prosers fisiologi tersebut
diantaranya absorbsi hara, absorbsi air, dan respirasi. Disamping itu struktur
tanah juga berpungaruh terhadap pergerakan hara, air, dan sirkulasi oksigen dan
CO2 dalam tanah (Islami et
al.,1995).
Banyaknya air tanah yang tersedia untuk satu spesies
terutama tergantung atas distribusi ukuran pori tanah. Disdtribusi ukuran ini kemudian tergantung
atas tekstur tanah dan struktur tanah, tetapi secar umum tanah – tanah
bertekstur ringan sampai sedang cenderung menahan lebih baik banyak air untuk
digunakan tanaman daripada tanah – tanahy bertekstur kasar (Fitter et al.,1991).
IV. HASIL
DAN ANALISIS HASIL PENGAMATAN
A.
Hasil Pengamatan
1.
Evapotranspirasi
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan
Evapotranspirasi
Hari ke
|
Tomat
|
Cabe Rawit
|
Terong
|
||||||
BO (0)
|
BO (1/4)
|
BO (1/2)
|
BO (0)
|
BO (1/4)
|
BO (1/2)
|
BO (0)
|
BO (1/4)
|
BO (1/2)
|
|
1
|
44
|
75
|
33.3
|
20
|
84
|
82
|
0
|
0
|
0
|
2
|
142
|
295
|
190
|
170
|
137
|
72
|
272
|
442
|
0
|
3
|
322
|
305
|
310.8
|
327.5
|
328
|
300
|
356
|
479
|
385
|
4
|
342
|
337.5
|
358.3
|
406.67
|
380
|
386
|
418
|
310
|
350
|
5
|
344
|
375
|
378.3
|
416.67
|
382
|
452
|
437
|
392
|
432
|
6
|
394
|
371.25
|
373.3
|
436.67
|
400
|
422
|
434
|
424
|
428
|
7
|
406
|
445
|
400
|
435
|
322
|
374
|
450
|
438
|
434
|
8
|
382
|
412.5
|
368.3
|
363.33
|
444
|
334
|
444
|
416
|
390
|
9
|
324
|
250
|
260
|
323.33
|
340
|
226
|
294
|
292
|
242
|
10
|
354
|
327.5
|
351.6
|
370
|
394
|
269
|
321
|
356
|
334
|
11
|
366
|
335
|
343.3
|
367.5
|
364
|
280
|
332
|
334
|
325
|
12
|
366
|
337.5
|
378
|
329
|
244
|
300
|
363
|
364
|
318
|
13
|
386
|
346.25
|
373.3
|
396.67
|
360
|
261
|
364
|
341
|
374
|
14
|
398
|
355
|
390
|
386.33
|
376
|
293
|
356
|
346
|
370
|
15
|
328
|
280
|
271.6
|
307.5
|
319
|
212
|
292
|
292
|
298
|
16
|
328
|
296.25
|
271.6
|
298.33
|
312
|
210
|
283
|
278
|
296
|
17
|
327
|
287.5
|
302.5
|
310
|
359
|
226
|
299
|
288
|
321
|
18
|
314
|
283.75
|
302.5
|
291.67
|
323
|
221
|
294
|
285
|
311
|
19
|
314
|
288.75
|
290
|
298.33
|
303
|
224
|
263
|
276
|
307
|
20
|
322
|
273.75
|
281.6
|
292.5
|
305
|
221
|
261
|
264
|
294
|
21
|
318
|
250
|
281.6
|
290
|
304
|
226
|
275
|
268
|
293
|
22
|
320
|
278.75
|
269.1
|
301.67
|
302
|
191
|
266
|
285
|
232
|
23
|
319
|
277.5
|
269.1
|
301.67
|
316
|
222
|
288
|
286
|
305
|
24
|
321
|
282.5
|
271.6
|
281.67
|
322
|
234
|
287
|
285
|
327
|
25
|
352
|
315
|
312.5
|
300
|
322
|
232
|
286
|
346
|
331
|
26
|
329
|
265
|
267.5
|
293.33
|
299
|
206
|
316
|
288
|
308
|
27
|
340
|
294
|
281.6
|
290
|
304
|
189
|
304
|
292
|
304
|
28
|
326
|
280
|
273.3
|
294.167
|
296
|
188
|
397
|
281
|
294
|
29
|
314
|
271.25
|
259.1
|
288.33
|
301
|
207
|
274
|
291
|
296
|
30
|
313
|
267.5
|
266.6
|
275
|
308
|
236
|
278
|
292
|
295
|
Sumber: laporan Sementara
B.
Analisis Hasil Pengamatan
a. Hasil Analisis Evapotranspirasi tanaman Tomat
Ep= volume penyiraman – volume
air tertampung
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
b. Analisis Hasil
Evapotranspirasi tanaman Cabe rawit
Ep= volume penyiraman – volume
air tertampung
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
c. Hasil Analisis
Evapotranspirasi tanaman terong
Ep= volume penyiraman – volume air
tertampung
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
V.
PEMBAHASAN DAN KOMPREHENSIF
A.
Pembahasan
Air bagi tanaman sangat penting dibutuhkan untuk
menunjang proses dekomposisi senyawa-senyawa oraganik yang berguna dalam
penyediaan unsur-unsur hara bagi tanaman. Tingkat pengelolaan air menjadi
sangat penting bagi pertumbuhan tanaman bila melihat kenyataan bahwa tidak
semua air yang tersedia dalam tanah dapat digunakan sepenuhnya oleh tanaman
itu.
Kebutuhan tanaman akan air berbeda untuk tanaman satu
dengan tanaman yang lain, sehingga perlakuannya pun berbeda. Ada tanaman yang menghendaki penggenangan dan
ada tanaman yang menghendaki pengairan dengan drainase yang baik. Untuk itu
agar diperoleh produksi yang maksimum, dalam pembudidayaan kita harus tahu
sifat-sifat tanaman yang kita budidayakan dengan baik, sehingga kita dapat
menerapkan cara pemberian air yang tepat.
Kebutuhan air tanaman berbeda-beda sesuai dengan umur
tanaman serta kemampuan daya serap tanaman terhadap air. Namun kebutuhan air
bagi suatu areal pertanaman selain jenis tanaman juga dipengaruhi oleh jenis
tanah, dan sifat tanah, keadaan iklim, kesuburan tanah, cara bercocok tanam,
luas areal pertanaman, topografi, periode pertumbuhan tanaman dan tujuan
irigasi.
Dalam praktikum pengelolaan air ini akan dibahas
mengenai kapasitas air yang optimal bagi tanaman sehingga dapat diketahui cara
penyiraman yang sesuai dengan kebutuhan air bagi tanaman. Dengan demikian akan
efisien dan efektif dan tidak menyebabkan kejenuhan pada tanah yang akan
mengakibatkan aerasi yang tidak baik. Begitu pula jika kekurangan, akan
mengakibatkan kelayuan. Sebagai indikasi tanaman yang kita pakai adalah Terong,
Tomat, dan Cabe rawit, sedangkan media tanah yang digunakan adalah Entisols.
Dan perlakuan pemberian bahan organik pada tiga perlakuan yaitu BO 0, BO ¼, BO
½ kg. frekuensi pemberian air yang digunakan adalah setiap hari (sore disiram,
paginya di ukur berapa air yang tertampung dalam kantung plastik).
Sebagai indikator pengamatan meliputi, tinggi tanaman,
jumlah daun dan jumlah cabang. Ketiga variable tersebut merupkan ukuran tanaman
yang sering diamatis sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan. Sehingga dalam kesesuaian air yang diberikan akan terdapat pada
indikator yang mempunyai nilai tertinggi yang nantinya dimungkinkan akan
memberikan hasil yang maksimal.
Dari table hasil pengamatan dapat diketahui bahwa
pertumbuhan dari tanaman Terung, Tomat, Cabe rawit tersebut kurang baik. Hal
ini dapat diketahui dari peningkatan tinggi tanaman setiap minggu dan juga
variable lainnya. Seharusnya pemberian air dengan frequensi tiap hari itu dapat
memberi pengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman. Di samping itu juga
pengaruh pemberian pupuk NPK sebagai pupuk dasar per polibag dan bahan organik
dengan beberapa berat. Jumlah ini sesuai dengan anjuran untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tersebut.
Pada Praktikum kali ini, sebagian besar benih tidak
tumbuh hanya sebagian kecil. Namun jumlah cabang hingga akhir pengamatan tidak
muncul percabangan. Hal ini dimungkinkan karena tingginya kadar auksin yang
dapat menyebabkan dominasi apical. Dengan menurunnya kadar auksin maka tunas
lateral dapat muncul. Faktor lain terhambatnya pertumbuhan yaitu unsure-unsur
hara yang diberikan ada kemungkinan tidak dapat terserap banyak oleh tanaman
karena banyak yang lolos terbawa air pada akhir pengamatan. Benih yang tidak
tumbuh bisa disebabkan karena terlalu jenuh air untuk masa pertumbuhan benih.
Sehingga benih busuk dan tidak dapat tumbuh. Dan sebaiknya benih disemaikan
dahulu baru kemudian ditanam dalam pot besar (dalam perlakuan).
Evapotranspirasi tertinggi pada Tomat dengan perlakuan
BO 0 terjadi pada pemberian air dengan volume 600 ml tanggal 26 Mei yaitu 556
ml, pada BO ¼ 525 ml pada hari yang sama dan volume air yang sama, demikian
pula pada BO ½ Ep tertinggi yaitu pada
tanggal 26 Mei dengan pemberian air 600 ml sebesar 566.7 ml.
Evapotranspirasi tertinggi pada Cabe rawit dengan
perlakuan BO 0 terjadi pada pemberian air dengan volume 600 ml tanggal 26 Mei
yaitu 580 ml, pada BO ¼ 516 ml pada hari yang sama dan volume air
yang sama, sedangkan pada Cabe rawit BO ½ Ep tertinggi yaitu pada tanggal 27
Mei dengan pemberian air 600 ml sebesar 528 ml.
Evapotranspirasi tertinggi pada Terong dengan
perlakuan BO 0 terjadi pada pemberian air dengan volume 600 ml tanggal 26 Mei
yaitu 600 ml, pada BO ¼ 600 ml pada hari yang sama dan volume air
yang sama, demikian pula pada BO ½ Ep
tertinggi yaitu pada tanggal 26&27 Mei dengan pemberian air 600 ml
sebesar 600 ml.
B.
Komprehensif
Jenis dari tanah yang digunakan akan sangat
mempengaruhi tingkat kesuburan tanah dan ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
Dalam praktikum kali ini kita mengunakan media tanah dengan jenis tanah
Entisols sedangkan jenis tanamannya Terung, Tomat, dan Cabe rawit. Dengan
perlakuan tambahan bahan organic dalam jumlah yang berbeda dan pupuk NPK
sebagai pupuk dasar.
Tanah Entisols dengan disaring terlebih dahulu dengan
tujuan agar ukuran partikel tanahnya seragam namun dengan kecilnya partikel
tanah menyebabkan pori-pori tanah sedikit. Sehingga pemberianair dalam jumlah berlebihan
menyebebkan tanah cepat jenuh. Hal tersebut juga menyebabkan udara yang
tersedia untuk tanaman dalam tanah terbatas/ sedikit. Pada saat awal juga
memungkinkan kebusukan benih tanaman.
Tumbuhan membutuhkan faktor lingkungan seperti sinar
matahari, air, suhu, kelembaban dan unsure hara dari tanah untuk proses
fotosintesis dan proses fisiologis lainnya. Intensitas cahaya matahari sangat
berpengaruh terhadap laju fotosintesis, respirasi, dan evapotranspirasi.
Semakin tinggi intensitas cahaya matahari maka suhu meningkat sehingga laju
proses-proses tersebut menjadi meningkat pula tetapi hanya sampai pada batas
tertentu saja. Meningkatkan intensitas cahaya matahari juga berpengaruh
meningkatkan laju kebutuhan air tanaman harus dapat mencukupi kebutuhan air
tanaman. Pemberian air dapat dilakukan dengan cara penyiraman. Air yang
terdapat alam tanah sangat dipengaruhi oleh evapotranspirasi sehingga jika
evapotranspirasi lebih besar dari air
yang ada di dalam tanah akan menjadikan kelayuan bagi tanaman. Evapotranspirasi
dipengaruhi oleh kecepatan angina, intensitas cahaya dan iklim. Usaha untuk
mengatasinya adalah dengan penyiraman. Pola pengelolaan air yang tepat harus
berdasarkan ilmu tentang hubungan tanah dan air. Manajement pengairan juga
harus sesuai dengan kebutuhan dan waktunya. Dengan mempertahankan hal tersebut
akan diperoleh tersebut akan diperoleh hasil yang maksimal baik kualitas maupun
kualitas maupun kuantitas dengan sedikit biaya produksi yang digunakan.
Untuk itu kita harus memberi suplai air yang cukup dan
sesuai dengan kebutuhan tanaman serta kapasitas tanah sehingga kebutuhan air
oleh tanaman dapat tercukupi, karena apabila terlalu banyak dalam pemberian air
akan menyebabkan tanah menjadi jenuh dan akan menghambat pertumbuhan tanaman.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman
selalu berhubungan dengan factor-faktor di atas. Semakin besar tanaman maka
kebutuhannya akan semakin banyak. Semakin berkembang tanaman, daunnya semakin
lebar dan semakin banyak jumlah daunnya, sehingga laju fotosintesisnya semakin
bertambah. Hal ini berarti kebutuhan air, intensitas cahaya matahari dan unsure
hara semakin besar.
VI. KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari fasil pengamatan dan pembahasan di atas, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kebutuhan bagi tanaman dipengaruhi oleh jenis tanaman,
umur tanaman dan fase perkembangan.
2. Pertumbuhan tanaman yang terbaik secara umum adalah
pada tanaman tomat dengan air sebanyak 600 ml dan dengan penambahan bahan
organic.
3.
Indikator kabutuhan air yang optimal bagi tanaman
terlihat pada tinggi tanaman, lebar daun, jumlah cabang dan jumlah daun.
4.
Salah satu cara pemberian air irigasi adalah dengan
cara penyiraman.
5. Tanah Entisols mempunyai sifat drainase yang baik
sehingga sangat cocok untuk media tanam tomat yang memerlukan tanah dengan
drainase yang baik.
B.
Saran
1. Sebelum menanaman tanaman, maka kita harus mengetahui
seluk beluk dari tanaman yang akan ditanam, baik itu tentang faktor lingkungan
yang dibutuhkan maupun tanaman itu sendiri.
2.
Melakukan pemeliharan secara tepat.
3. Pada praktikum selanjutnya sebaiknya menggunakan jenis
tanaman yang berbeda pula sehingga dapat mengetahui besarnya evapotranspirasi
dan terhadap pertumbuhan tanaman tanaman tersebut.
4.
Analisis lebih lanjut tentang pengaruh pemberian air
terhadap variable pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya, M. I. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta .
Fitter,A.H. dan R.K.M. Hay.1991. Fisiologi
Lingkungan Tanaman.UGM Press.Yogyakarta.
Foth,H.D.1995. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah.Gadjah Mada University.Yogyakarta.
Grafiths, J. F. 1994. Applied Climatology. Oxford University
Press. Yogyakarta .
Hardjodinomo, S. 1992. Ilmu Kimia dan Pengairan. Bina Cipta. Bandung .
Hardjowigwno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta .
Harsayo, B. 1990. Irigasi dan Drainase. Kanisius. Yogyakarta .
Islami dan Utomo.1995. Hubungan Tanah. Bina Aksara.Jakarta.
Marjuki, Asnawi. 1993. Hidrologi Teknik Edisi
Keempat. Erlangga. Jakarta .
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah
Utama Indonesia; Karakteristik, kalsifikasi dan Pemanfaatannya. PT. Dunia
Pustaka Jaya. Jakarta .
Pracaya. 1994. Bertanam Lombok. PT. Kanisius.
Yogyakarta .
Rukmana, R. 1994. Bertanam Terung. Kanisius. Yogyakarta .
Sanchez, P. A. 1992. Sifat & Pengolahan Tanah
Tropika. ITB. Bandung .
Santoso, B. 1993. Pengairan Untuk Pertanian. Mulia. Jakarta .
Setiadi. 1994. Jenis
dan Budidaya Cabe Rawit. Penebar Swadaya. Jakarta .
Sugito, Y. 1999. Ekologi
Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang .
Tugiyono, H. 1995. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya. Jakarta .
Wiesner. 1991. Pengaruh
Evaporasi pada Berbagai Kehidupan. Balai Pustaka. Jakarta .
Williams, C.
N. J. O. Uzo. W, TH. Peregine. 1993. Produksi
sayuran di Daerah Tropika. Gadjah
Mada University
Press. Yogyakarta .
---------------------------------------
Sumber :
Praktikum Agrohidrologi UNS (Juli 2005)
thanks for your comments