Lembah Harau Payakumbuh yang terletak di Provinsi Sumatera Barat ini memang sanggup menyihir perhatian para wisatawan dari berbagai pelosok negeri. Terutama karena tempat ini memang menyuguhkan suasana yang sangat menarik.
Keberadaan Lembah Harau Payakumbuh ini pun semakin menambah panjang daftar tempat wisata yang ada di kota Padang dan sekitarnya. Tidak heran kalau traveler yang tengah melancong ke Ranah Minang bakal kesulitan dalam menyusun itinerary. Tak lain karena memang terlalu banyak tempat indah yang bisa dijumpai di Sumatera Barat.
Lembah Harau terkenal karena mempunyai topografi yang sangat menarik dan merupakan bagian dari Cagar Alam Harau. Tempat ini berada di dataran tinggi berkisar antara 500 hingga 850 meter di atas permukaan laut. Dari Lembah Harau, kita pun akan bisa menyaksikan keberadaan lima air terjun indah.
Keindahan alam Lembah Harau Payakumbuh pun ternyata sudah dikenal sejak dulu lho. Dulu tempat ini bukan disebut Harau, tapi Arau. Bahkan orang-orang Belanda pun menyukai pemandangan di sini. Buktinya adalah keberadaan sebuah prasasti yang terletak di sekitar air terjun Sarasah Bunta di Lembah Harau. Prasasti itu menyebutkan kalau tempat ini diresmikan oleh Belanda pada tanggal 14 Agustus 1926 dan oleh orang-orang Belanda diebut dengan nama Hemel Arau dan kini disingkat menjadi Harau.
Lokasi Lembah Harau Payakumbuh
Lembah Harau yang kini menjadi alah satu destinasi wisata populer di Sumbar merupakan bagian dari wilayah administratif Kecamatan Harau di Kabupaten Lima Puluh Kota. Kota Payakumbuh merupakan kota yang terdekat dari tempat ini, berjarak kurang lebih 18 kilometer.
Kota lain yang jaraknya cukup dekat dari Lembah Harau Payakumbuh adalah kota Bukittinggi dan Padang. Jarak antara Bukittinggi menuju ke Lembah Harau kurang lebih 48 kilometer. Sementara kalau berangkat dari kota Padang menuju ke sini, jarak yang harus dilalui mencapai 138 kilometer.
Lembah Harau Payakumbuh ini menjadi destinasi wisata alam yang sangat populer bagi wisatawan domestik. Kebanyakan mereka datang dari area di sekitar Sumatera Barat, mulai dari wisatawan dari Riau, Sumatera Utara ataupun Jambi.
Para traveler yang datang ke tempat ini pun bisa melakukan aktivitas trekking berkeliling lembah. Untuk melakukannya, para traveler pun bisa menggunakan jasa pemandu wisata agar tidak tersesat. Biasanya, terdapat paket trekking satu hari dengan biaya mulai dari 100 hingga 200 ribu rupiah.
Air terjun Lembah Harau Payakumbuh
Kecantikan lain yang bisa disaksikan di Lembah Harau Payakumbuh adalah keberadaan air terjun. Di sini tidak hanya ada satu air terjun yang disebut sarasah oleh orang Minang. Air-air terjun yang ada di ini antara lain adalah Air Terjun Sarasa Murai, Air Terjun Akar Berayun, Air Terjun Sarasa Bunta dan Air Terjun Sarasa Luluih. Dan masing-masing air terjun pun mempunyai ciri khas serta keunikan tersendiri.
Sebagai destinasi wisata yang populer, jangan khawatir mengenai fasilitas pendukung di sana. Terlebih untuk masalah penginapan. Terdapat beberapa penginapan yang bisa dijumpai berlokasi tidak jauh dari Lembah Harau. Beberapa di antaranya adalah Resort Aka Barayu, Resort Sarasah Bunta serta Resort Rimbo Piobang.
------------------------- Legenda Masyarakat setempat
Legenda Puti Sari Banilai
Alkisah, waktu dulu berlayarlah seorang Raja Hindustan bernama Maulana Kari dengan permaisurinya Sari Banun untuk merayakan pertunangan anaknya bernama Sari Banilai dengan Bujang Juaro. Puti Sari Banilai ikut bersama orang tuannya.
Sebelum berlayar, kedua anak muda tersebut telah bersumpah, kalau Sari banilai mengingkari janji pertunangan tersebut, ia akan menjadi batu dan sebaliknya kalau Bujang Juaro yang ingkar, ia akan menjadi ular naga. Tanpa sadar kapal mereka terbawa arus dan hanyut terjepit di Lembah Harau di antara dua bukit batu terjal serta ditahan akar kayu yang melintang di antara kedua bukit tersebut. Agar kapal tidak hanyut, sang raja menambatkannya pada sebuah batu yang terdapat di sana. Batu tersebut sampai sekarang masih bernama Batu Tambatan Kapal/perahu.
Dengan persetujuan Rajo Darah Putiah yang berkuasa pada waktu itu di Lembah Harau maka Raja Maulana Kari beserta keluarganya diizinkan untuk tinggal menetap. Karena sudah tidak mungkin lagi kembali ke negerinnya mereka putuskan untuk menetap di sana.
Raja Maulana Kari tidak mengetahui sumpah putrinya, mengawinkan Puti Sari Banilai dengan seorang pemuda di daerah tersebut yang bernama “Rambun Pade”. Dari perkawinan ini lahir seorang anak laki-laki yang gagah. Raja Maulana Kari dan istrinya sangat sayang pada cucunya ini sehingga apapun permintaannya dipenuhi.
Tersebutlah suatu ketika sang raja membuatkan mainan untuk cucunya ini sehingga ia setiap hari asyik dengan mainannya itu. Pada suatu hari mainan tersebut jatuh ke dalam laut. Sang cucu memanggil ibunya untuk mengambilkan mainan tersebut. Lalu si ibu melompat ke dalam laut untuk mengambilkannya, namun mainan itu hanyut tidak di temukan lagi. Pada saat itu datanglah ombak yang mendorong Sari Banilai sampai ke tepi dan terjepit di antara dua buah batu.
Pada saat itu Puti Sari Banilai memohon agar air laut itu surut dan kering. Lambat laun dari kaki Puti Sari Banilai mulai menjadi batu. Saat itulah teringat akan sumpahnya dan sebelum keseluruhan badannya menjadi batu, ia memohon kepada tuhan agar perlengkapan rumah tangganya dibawakan dan diletakkan di dekat ia terjepit. Di lembah Harau pada dinding terjal di sebelah kiri (dekat echo) sayup-sayup Nampak sebuah batu seakan-akan berbentuk seorang ibu yang sedang menggendong anaknya, hamparan tikar dan sebuah batu yang berbentuk lumbung padi.
Demikianlah legenda Lembah Harau. Legenda ini masih hidup dalam masyarakat, dalam cerita randai yang bernama “Randai sari Banilai” salah satu bentuk kesenian tradisional masyarakat di sana.
--------------------------
Sumber :
Kunjungan lapangan/ wisata
( (Saiful.SP. Kabag Humas Lima Puluh Kota ) in : http://www.limapuluhkota.go.id)
https://www.lihat.co.id/wisata/
thanks for your comments