Gua yang terletak di Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Indonesia yang berjarak 37 Km dari Pusat Kota adalah gua yang terindah se Asia Tenggara. Gua dengan kedalaman 256 meter ini terdapat stalakmit dan stalaktit berumur ribuan tahun. Ukuran besar dan tingginya ada yang mencapai puluhan meter sehingga membentuk seperti pilar batu kapur.
Pada langit-langit di Gua Kapur banyak terdapat rembesan-rembesan air yang mengandung larutan kapur melalui retakan-retakan halus yang kemudian menetes dan jatuh ke dasar gua. Karena adanya penguapan maka yang tertinggal adalah Kristal CaCO2 yang menggantung pada langit-langit gua. Fenomena ini di sebut Stalaktit. Air yang jatuh pada dasar gua akan menguap juga akibatnya terbentuklah kristal-kristal kalsit dengan bentuk seperti tongkat yang mencuat dari dasar gua yang disebut juga Stalakmit. Baik Stalaktit maupun Stalakmit akan terus tumbuh dan akan membentuk tiang-tiang di dalam Gua Gong ini.
Klik DISINI untuk menuju Lokasi dengan Navigasi Googlemap
Berbagai macam batuan Stalaktit dan Stalakmit dengan rembesan tetes air ini kemudian di kombinasikan dengan sorotan cahaya dari warna warni lampu spotlight sehingga menimbulkan suasana yang sangat mengagumkan dan jika anda berada pada sisi-sisi gua anda dapat mendengarkan dengung angin yang samar terdengar oleh telinga akan memberi konspirasi suasana yang tidak dapat anda lukiskan dengan kata-kata.
Keindahan gua ini juga bukan hanya pada stalaktit dan stalamit pada dinding dan langit-langit gua tetapi juga misteri dari dinding-dinding gua yang apabila di pukul akan terdengar seperti suara gong yang menggema di dalam gua. Oleh sebab itu gua ini dinamakan Gua Gong oleh masyarakat sekitar.
Sejarah Gua Gong
Gua Gong pertama kali di temukan oleh dua sesepuh Desa Bomo yaitu Mbah Noyo Soemito dan Mbah Joyo Rejo pada tahun 1924. yang pada saat itu sedang mencari sumber mata air akibat kekeringan panjang di desa Bomo. Hingga akhirnya pada 5 Maret 1995 masyarakat mencari keberadaan gua dan membukanya untuk umum.
Untuk menuju Gua Gong, anda harus melewati jalan berliku yang telah disediakan jalur khusus tetapi sebaiknya anda tetap berhati-hati karena beberapa jalur cukup licin. Dengan latar tebing dan jurang pegunungan suhu udara dan kelembaban di dalam gua bisa membuat anda kegerahan meskipun telah di pasangi kipas pada tiap-tiap sudut gua. Pastikan anda memakai pakaian yang nyaman pada kondisi tersebut. Meskipun demikian pemandangan yang disuguhkan dengan interior dinding gua yang sangat menakjubkan layak untuk anda datangi.
---------------------- Review dan Mitos ( Ingat hanya Mitos yaa ...)
Bentuknya tidak seperti gong, tapi begitu beberapa stalakmit kristal dipukul, suara gong pun langsung memekakkan telinga. Itulah pesona dari Goa Gong, satu dari banyak goa di Kabupaten Pacitan di Jawa Timur. Tidak mengherankan daerah ini disebut ”Kota Seribu Goa”.
Goa Gong dengan kedalaman 300 meter itu merupakan salah satu obyek wisata andalan Kabupaten Pacitan. Goa ini diklaim banyak pihak sebagai goa yang memiliki stalaktit dan stalakmit terbaik dan terindah di Asia Tenggara.
Goa memang menjadi obyek wisata paling diandalkan Pacitan. Itu sebabnya, banyak pihak mengatakan belum lengkap rasanya jika ke Pacitan belum menyusuri Goa Gong, dan Goa Tabuhan.
Goa Gong berada di perbukitan kapur yang terletak di Desa Bomo, Kecamatan Punung, sekitar 38 kilometer dari Kota Pacitan. Jalan menuju goa sangat mulus sehingga dapat dilalui kendaraan roda empat.
Meski begitu, Anda harus tetap waspada, karena jalan menuju goa berkelok-kelok tajam dan berjurang. Dari Surabaya ke Pacitan, ujung selatan Jawa ini menyita waktu perjalanan sekitar enam jam. Jika melalui Yogyakarta atau Solo, dapat ditempuh selama tiga jam.
Medan yang berat dan melelahkan akan sirna begitu memasuki goa dengan menggunakan senter yang biasanya dibawa pemandu wisata. Mata pun langsung terpana begitu melihat pemandangan yang menakjubkan berupa batuan kapur stalaktit dan stalakmit yang terbentuk secara alami menghiasi seluruh dinding dan langit goa.
Panorama dalam goa begitu pesona. Pemandangan bertambah indah ketika batu disiram oleh cahaya lampu, sekaligus untuk penerangan jalan mengitari goa sepanjang 600 meter. Untuk mengitari kawasan goa, sudah ada jalan setapak pagar besi yang menghubungkan satu ruang dengan ruang lain.
Stalaktit dan stalakmit dengan ukuran beragam terlihat menjulang dan kokoh menempel di lantai atau langit goa. Ruang dalam goa sangat besar. Menurut Warti (38), pemandu wisata, stalaktit dan stalakmit terus tumbuh dan makin panjang. Paling tidak dalam setahun bisa bertambah tiga sentimeter.
Tidak perlu khawatir ketika menyusuri perut goa, karena di dalam goa sudah tersedia jalur penyusuran sedemikian rupa agar pengunjung aman dan nyaman. Trek menurun dan sesekali curam membuat para pengunjung harus ekstra hati-hati karena ada titik yang basah sehingga rawan terpeleset. Di beberapa sudut terdapat kipas angin ukuran besar, untuk mencairkan hawa goa yang lembap. Para pengunjung juga akan ditemani 20 pemandu jalur dari warga setempat. Mereka juga bertugas menjelaskan seputar sejarah dan hal-hal lain tentang goa tersebut.
Saat memasuki pintu masuk goa, Anda langsung menuruni tangga yang telah disiapkan menuju tujuh ruang yang indah itu. Keheningan dalam goa bertambah khas oleh suara tetesan air dari langit goa. Pemandangan dinding berkilap oleh bias refleksi cahaya pada dinding yang basah. Situasi di dalam goa benar-benar menjadi kesempatan berkelana ke masa prasejarah.
Selain disuguhi stalaktit dan stalakmit yang memesona, daya tarik lain dari Goa Gong adalah terdapat ruang kristal yang begitu indah dan memesona.
Ruang kristal itu, menurut Wakino, dalam bukunya berjudul ”Gua Gong Obyek Wisata Potensial di Kabupaten Pacitan, penemuan goa pertama oleh Mbah Noyosemito dan Mbah Joyorejo pada 1924. Ketika itu Mbah Noyo dan Mbah Joyo masuk ke dalam goa untuk mencari sumber mata air, karena desa mereka sedang dilanda kemarau panjang. Awalnya kedua orang itu mencari sumber air di dalam goa yang berjarak sekitar 400 meter dari permukiman penduduk. Ketika di dalam goa mereka menyusuri lorong goa, mereka menemukan beberapa sendang atau sumber mata air, dan bahkan sempat mandi.
Penemuan sumber air di dalam goa diceritakan kepada warga desa, namun tidak ada yang berani memasuki kawasan goa karena dianggap masih wingit atau angker. Cerita penemuan sumber air di dalam goa terus diulang, sehingga pada 5 Maret 1995, Surahmin (54) bersama sembilan warga lainnya memberanikan diri untuk masuk ke goa tersebut.
Soal nama
Pemberian nama Goa Gong, berhubungan erat dengan salah satu perangkat gamelan jawa. Konon, saat-saat tertentu, di gunung yang terdapat goa tersebut sering terdengar bunyi dari makhluk halus, seperti suara tabhuna gamelan jawa, reog, terbangan, dan suara yang sangat memilukan. Hal itu, papar Wakino, mendorong nenek moyang mereka untuk memberi nama gunung gong-gongan, sehingga menjadi Goa Gong.
Ruang di dalam goa, begitu indah, asri sekaligus unik dengan ukiran alam berupa stalaktit dan stalakmit. Ruang pertama penuh dengan ukiran alam, seakan menyambut dengan ucapan selamat datang. Pintu abadi itu seakan mengajak pengunjung memasuki ruang kedua dengan ukuran luas, dan dilengkapi beberapa sendang, seperti kamar mandi dibuat secara alami.
Dari ruang kedua, pengunjung bisa memandang ke bawah sebagai ruang ketiga, juga dilengkapi sendang dengan air yang jernih. Sepanjang penyusuran, di kiri kanan tampak beberapa lukisan dari batu-batuan yang menggambarkan suatu keagungan Tuhan. Juga banyak batu putih seperti kristal, pertanda goa ini belum dijamah manusia.
Di tengah perjalanan terdapat salah satu lorong goa berwarna kemerahan dan dipasang palang bertanda ”Dilarang Masuk.” Menurut Warti, lorong itu memang sengaja ditutup untuk keselamatan. Lorong itu dalam sekitar 150 meter ke dalam, sehingga untuk masuk saja harus merangkak. Apalagi di dalam goa tidak ada oksigen.
Dahulu kala, warga sekitar percaya tiga sumber air di dalam goa memiliki khasiat tersendiri. Khasiat tersebut antara lain bisa membuang kesialan, jampiraga (jamu) bisa menyembuhkan penyakit. Air berkhasiat itu bisa merukunkan kehidupan rumah tangga. Namun, mitos tersebut menguap ditelan zaman sehingga keindahan goa tetap terjaga hingga kini.
Pada 1996, Pemerintah Kabupaten Pacitan melengkapi Goa Gong dengan pagar pengaman untuk pengunjung di dalam goa, jalan setapak, lampu, serta kipas angin ukuran besar, sehingga selama berada di dalam goa terasa sejuk. Meski sudah dilengkapi fasilitas modern seperti pagar, lampu, dan kipas angin, Goa Gong adalah sebuah maha karya yang menakjubkan dan harus dikunjungi.
"Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain. Apabila hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang itu pula."
----------------------
Sumber:
Kunjungan Lapangan/ survei
http://seospeeds.blogspot.co.id
Swetta Pandia http://http://regional.kompas.com
thanks for your comments