Latar Belakang
Kelapa sawit (Oil Palm, Elaeis guineensis) adalah salah satu tanaman produktif daerah tropis yang amat penting di Indonesia. Dalam kehidupan modern sehari-hari kita saat ini, sumber energi yang aman dan mudah digunakan adalah mutlak adanya. Salah satu yang memenuhi syarat tersebut adalah minyak bumi. Kelapa sawit yang mulanya berasal dari Afrika tropis memiliki produktivitas yang jauh lebih tinggi daripada tumbuhan sejenis yang juga memproduksi minyak lemak. Peningkatan produksi perkebunan terutama kelapa sawit beberapa tahun terakhir ini sudah dapat dirasakan dan memberi sumbangan yang besar bagi negara terutama swasembada pangan. Hal tersebut terutama tidak lepas dari usaha perluasan areal perkebunan yang dikenal dengan sebagai usaha ekstensifikasi pada lahan-lahan kering, lahan bukaan baru, maupun daerah rawa bergambut.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam usaha ekstensifikasi perkebunan kelapa sawit adalah memperhatikan dan mengetahui potensi dari jenis tanah pada masing-masing lahan yang akan dijadikan perkebunan, karena jenis tanah akan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan lahan dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produktifitas kelapa sawit.
Tanaman kelapa sawit memiliki respon yang baik terhadap kondisi lingkungan hidup dan perlakuan yang diberikan. Seperti tanaman budidaya lainnya, maka kelapa sawit membutuhkan kondisi tumbuh yang baik agar potensi produksinya dapat dikeluarkan secara maksimal. Kondisi iklim dan tanah merupakan faktor utama disamping faktor lainnya seperti genetis, perlakuan yang diberikan dan lain-lain.
Tanah Ultiosl di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil (sekitar 1,7 juta atau 5%) di Pulau Jawa, terutama di wilayah Jawa Barat (Hardjowigeno,1985). Melihat luasnya tanah ultisol yang berada di Kalimantan Tengah maka usaha ekstensifikasi untuk pembukaan areal perkebunan kelapa sawit perlu meninjau sifat dari tanah ultisol tersebut sehingga dapat diketahui baik kelas tanah, kelas kesesuaian lahan serta potensi produksinya.
B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
1. Agar mahasiswa memperoleh pengalaman kerja dari lokasi praktek kerja lapangan tersebut
2. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara teori dan penerapan serta dapat sebagai bekal jika mahasiswa terjun ke masyarakat.
3. Agar mahasiswa memperoleh ketrampilan kerja dan pengalaman yang praktis secara langsung, dapat menjumpai serta merumuskan dan memecahkan permasalahan yang ada dalam kegiatan pertanian.
4. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi, pemerintah, instansi terkait dan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan mutu pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi.
C. Waktu dan Tempat Praktik Lapangan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Agar mahasiswa memperoleh pengalaman kerja dari lokasi praktek kerja lapangan tersebut
2. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara teori dan penerapan serta dapat sebagai bekal jika mahasiswa terjun ke masyarakat.
3. Agar mahasiswa memperoleh ketrampilan kerja dan pengalaman yang praktis secara langsung, dapat menjumpai serta merumuskan dan memecahkan permasalahan yang ada dalam kegiatan pertanian.
4. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi, pemerintah, instansi terkait dan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan mutu pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi.
2. Tujuan Khusus
Meninjau mengenai sifat-sifat dari tanah ultisol dan potensinya untuk tanaman kelapa sawit guna menunjang usaha ektensifikasi dan meningkatkan produktifitas kelapa sawit.
1. Waktu Pelaksanaan :
Praktik lapangan ini dilaksanakan mulai tanggal 21 Juli 2005 sampai dengan 28 Agustus 2005.
2. Tempat Pelaksanaan
Praktik lapangan ini dilaksanakan di Perkebunan PT.UNI PRIMACOM Parenggean Kalimantan Tengah.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jaqc) menghendaki dataran rendah yang banyak mendapat sinar matahari. Dataran tinggi lebih dari 500 m dpl kurang baik untuk pertanaman kelapa sawit. Curah hujan optimal 2000 – 3000 mm tiap tahun dengan musim kemarau yang jelas serta perlu pengaturan drainase yang sempurna supaya tidak ada air yang menggenang. Persyaratan tersebut harus dapat terpenuhi untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil kelapa sawit yang optimal (Sadjad, 1995).
Dalam hal tanah, tanaman kelapa sawit tidak menuntut persyaratan terlalu banyak karena dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah ( podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol). Meskipun demikian kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing tanah tidaklah sama. (Darwis, 1986).
B. Tanah Ultisol
Tanah merupakan salah satu faktor ekologi yang penting diperhatikan guna keberhasilan usahatani kelapa sawit, disamping iklim. Sama halnya dengan untuk tanaman lainnya, kedua faktor ekologi ini yaitu iklim dan tanah hendaklah dalam keadaan yang menguntungkan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Walaupun semua unsur iklim berada dalam kondisi optimum, kelapa sawit tidak akan tumbuh baik, bila tanah tidak memenuhi syarat (Darwis, 1986).
Dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh adalah sifat kimia dan sifat fisik tanah.
1. Sifat kimia tanah
Sifat kimia tanah secara sederhana adalah keasaman tanah dan komposisi kandungan hara mineral yang ada dalam tanah. Sifat kimia tanah mempunyai arti cukup penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang istimewa sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan. Pemupukan dengan dosis yang tepat sangat membantu pertumbuhan tanaman kelapa sawit sehingga akan meningkatkan produksinya. Walaupun begitu, tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kelapa sawit. Sedangkan keasaman tanah menentukan ketersediaan keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,0 – 6,5 . sedangkan pH optimumnya adalah 5 – 5,5.
Sifat fisik tanah yang baik lebih dikehendaki tanaman kelapa sawit daripada sifat kimianya. Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah dan kedalaman permukaan air tanah. Secara ideal tanaman kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, mempunyai solum yang dalam tanpa lapisan padas, teksturnya mengandung liat dan debu 25-30%, datar, serta berdrainase baik
(Anonim, 2000). Menurut Sitorus (1989) tanah podsolik mempunyai sifat fisik kimia seperti pH rendah (masam), miskin unsur hara, yang pada umumnya terdapat pada berbagai jenis bahan induk seperti tufa masam, batuan pasir (sandstones) atau endapan kuarsa, dan peka terhadap erosi. Tanah podsolik pada umumnya mempunyai tingkat kesuburan dan produktifitas rendah. Hal ini disebabkan oleh karena sifat fisik dan kimia dari tanah tersebut. Beberapa sifat kimia yang menjadi kendala kalam usaha pertanian, terutama tanaman pangan adalah kandungan hara fosfor, nitrogen, kalium, kalsium, magnesium, belerang, seng yang rendah, keracunan aluminium dan mangan untuk lahan kering dan keracunan besi pada persawasahan. Kekahatan P merupakan kendala utama kesuburan pada tanah Podsolik Merak Kuning (PMK). Beberapa kendala sifat fisik pada tanah podsolik adalah lapisan atas tanah (top soil) tipis, lereng >8%, struktur tanah kurang gembur, konsistensi padat dan aerasinya buruk (Suwardjo et al. 1984). Keadaaan fisik tersebut ditunjang curah hujan yang cukup tinggi dengan rata-rata 1.900-3.200 mm/tahun sehingga tanah peka terhadap erosi. Untuk mencegah terjadinya degradasi yang diakibatkan oleh erosi dan untuk mempertahankan produktifitas lahan, maka perlu dilakukan pemilihan pola usaha tani/pola tanam yang tepat, serta tindakan konservasi tanah dan air yang sesuai sehingga erosi yang terjadi lebih kecil dari erosi yang dapat dibiarkan (Sinukaban et al. 1984 dalam Mulyani 1994). Tiap kelas penggunaan tanah memerlukan teknik pengawetan tanah tertentu. Adapun teknik pengawetan tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu (1) metoda vegetatif, (2) metoda mekanik dan (3) metoda kimia (Arsyad, 1983).
III. TATA LAKSANA PRAKTIK LAPANG
A.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan praktik lapang ini dilaksanakan mulai tanggal 21
Juli sampai 28 Agustus 2005, di Perkebunan PT.UNI PRIMACOM Kalimantan Tengah.
B.
Metode Pelaksanaan Praktik
Lapang
Metode yang digunakan dalam Praktik lapang ini ialah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Melakukan
pengamatan secara langsung mengenai kondisi umum di lapang, teknik-teknik
budidaya tanaman kelapa sawit, teknik Pengelolaan air dan keadaan tanah pada
lahan PT.UNI PRIMACOM.
2. Metode Praktik
Melaksanakan
Praktik Kerja secara langsung meninjau sifat fisika tanah pada lahan dengan
pembuatan pedon dan pengambilan sampel tanah pada tiap divisi.
3. Metode Wawancara
Penggalian
informasi tentang jenis tanah, keadaan lahan, cuaca, kendala-kendala dan
lainnya secara langsung dengan kepala divisi, tenaga kerja, Staff atau karyawan,
petugas, serta Instruktur di lokasi perkebunan.
4. Studi pustaka
Mempelajari dasar
teori yang dapat membantu kelancaran
pelaksanaan kegiatan praktikum lapang.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum PT Uni Primacom
1. Sejarah
Kebun
kelapa sawit PT uni Primacom dimiliki oleh Bapak Widjoyo Sujono (Purnawirawan
Jenderal TNI) yang sekaligus sebagai Pimpinan Dewan Komisaris. Direktur
Utamanya dipegang oleh Ibu Eny Lukitaning Diah. Pada tahun 1982 Bapak Widjoyo
Sujono bersama rekan-rekannya membentuk group perkebunan “Asam Jawa” yang
berdomisili di Sumatra. Group Asam Jawa inilah yang merupakan cikal bakal
berdirinya PT Uni Primacom. Pada tahun 1994 group Asam Jawa mengembangkan
perusahaannya membentuk PT Musirawas dan PT Uni Primacom. Dan baru pada tahun
1996 PT Uni Primacom terbentuk yang berlokasi di Kalimantan Tengah. PT Uni
Primacom kegiatan pembibitan dan penanamannya baru terlaksana pada tahun 1997.
Dalam pengelolaannya, PT Uni Primacom telah berganti 4 kali kepemimpinan
(Estate Manajer), yaitu Bapak Gissau Subroto, Bapak Anwaryono, Bapak Krisna
Pramono dan terakhir Bapak Moerdijoko Endro P, SP sampai sekarang. Pada tahun
2004 PT Uni Primacom telah memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit sendiri.
Saat ini PT Uni Primacom memiliki luasan areal 2790 hektar dan akan
dikembangkan lagi sampai 4000 hektar.
2. Geografi
Perkebunan kelapa sawit PT Uni Primacom terletak di Desa Barunang Miri Kecamatan Parenggean Kabupaten Kota Waringin Timur Kalimantan Tengah. Secara geografis letak PT Uni Primacom yaitu disebelah selatan berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit eks PT Transindo, sebelah barat dengan PT Makin Group, Sebelah Utara dengan PT KMB, dan sebelah timur dengan PT SSP Merbau. PT Uni Primacom terbagi menjadi 5 divisi, yaitu divisi H, divisi I, divisi J, Divisi K dan divisi Pengembangan. Masing-masing divisi dibagi menjadi beberapa blok sebagai tempat penanaman kelapa sawit dan setiap blok luasnya rata-rata 30 Ha. Untuk setiap 1 Ha luasan blok tersebut terdapat rata-rata 136 pokok kelapa sawit.
PT Uni Primacomberada
di daerah khatulistiwa sehingga iklimnya tropis dimana cocok untuk pertumbuhan
tanaman kelepa sawit. Secara umum kondisi iklim yang cocok bagi pertumbuhan
kelapa sawit terletak antara 150
LU – 150 LS.
a. Curah hujan
Tabel 4.1 Data curah hujan di perkebunan kelapa sawit PT
Uni Primacom (mm)
Bulan
|
Tahun
|
||||
2000
|
2001
|
2002
|
2003
|
2004
|
|
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
|
27,04
231,00
160,00
264,50
208,40
191,00
98,50
32,00
172,50
318,50
415,50
139,50
|
295,50
216,70
289,30
456,00
246,50
262,00
262,00
119,50
238,50
710,00
209,00
170,00
|
345,00
184,50
482,00
374,00
115,00
237,50
28,00
65,00
137,50
80,00
443,50
240,00
|
172,00
260,00
230,00
386,80
61,40
273,80
146,20
89,00
158,00
178,00
304,00
350,00
|
352,25
259,88
305,25
258,20
351,00
47,63
182,25
-
189,25
36,56
400,68
268,75
|
Total
|
2.258,44
|
3.475,00
|
2.730,00
|
2.609,00
|
2.651,69
|
Sumber : Data Sekunder PT Uni
Primacom.
Curah hujan
yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit rata-rata yaitu 2000 –
2500 mm/tahun. Dari data curah hujan di PT Uni Primacom menunjukkan rata-rata
curah hujan yang mencukupi untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit.
b. Sinar matahari
Lama
penyinaran optimum yang diperlukan tenaman kelapa sawit yaitu antara 5 – 7
jam/hari. PT Uni Primacom lama penyinarannya berkisar antara 6 – 9 jam/hari.
c. Suhu
Suhu
optimum yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit berkisar antara
290 – 300 C. Kebun
PT Uni Primacom suhunya berkisar antara 300 – 320 C. Suhu
ini berpengaruh terhadap masa pembungaan dan kematangan buah.
d. Kondisi tanah
Secara
ideal tanaman kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, mempunyai
solum yang dalam tanpa lapisan padas, teksturnya mengandung liat dan debu 25 –
30 % dan berdrainase baik. Topografi yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa
sawit yaitu areal dengan kemiringan
antara 00 – 150.
Tanah
kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di banyak jenis tanah, yang penting tidak
kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan
(drainase baik). Di lahan-lahan yang permukaan air tanahnya tinggi atau
tergenang, akar akan busuk. Selain itu, pertumbuhan batang dan daunnya tidak
mengidentifikasikan produksi buah yang baik. Kesuburan tanah bukan merupakan
syarat mutlak bagi perkebunan kelapa sawit. Tanah di PT.Uni Primacom sebagian
besar adalah jenis tanah ultisol (podsolik merah kuning). Tanah tersebut
memiliki sifat fisik diantaranya memiliki tekstur liat pasiran.
3. Organisasi Instansi PT Uni Primacom
Perkebunan
kelapa sawit PT Uni Primacom merupakan salah satu perkebunan swasta di
Indonesia. Kebun ini dimiliki oleh Bapak Widjoyo Sujono yang sekaligus sebagai
pimpinan Dewan Komisaris. Untuk pengelolaannya diserahkan kepada yaitu Ibu Eny
Lukhitaning Diah yang juga sebagai Direktur Utama. Manajemen kebunnya
diserahkan kepada seorang Estate Manager yang dipegang oleh Bapak Moerdijoko Endro P. SP.
1. Kamis 21 Juli-Selasa 02 Agustus 2005
Pada minggu
pertama sampai dengan minggu ketiga, mahasiswa PL ditempatkan di Basecamp PT
Uni Primacom yang berada di sekitar areal kantor pusat. Dalam minggu-minggu
tersebut mahasiswa PL diberikan materi pembekalan tentang kelapa sawit yang
meliputi Land Clearing (LC), pancang
tanam, Legume Cover Crop (LCC),
pembibitan, perawatan tanaman kelapa sawit Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan
Tanaman Menghasilkan (TM) secara manual dan chemis, panen serta pasca panen.
Selain diberikan materi pembekalan tersebut, mahasiswa PL juga diberikan materi
lapangan yang berupa sensus pokok kelapa sawit serta diberi tugas untuk
melaksanakan sensus tersebut. Tujuan dari kegiatan sensus tersebut yaitu
untuk mengetahui populasi tanaman per
hektar ataupun per blok (tanaman hidup) dan untuk mengetahui lahan-lahan
kosong/tidak ada tanamannya pada suatu blok sehingga memungkinkan diadakaannya
kegiatan penyisipan tanaman kelapa sawit pada lahan kosong tersebut. Mahasiswa
PL melakukan sensus di blok-blok pada divisi Pengembangan, H, I, J dan K,
dimana yang paling banyak dilakukan kegiatan sensus oleh mahasiswa PL yaitu di
divisi Pengembangan dimana tanaman kelapa sawitnya belum menghasilkan (TBM).
2. Kamis 06-12 Agustus 2005
Pada
minggu-minggu ini mahasiswa PL sudah mulai ditempatkan di divisi-divisi yang
ada di PT Uni Primacom. Adapun kegiatan yang dilaksanakan di tiap-tiap divisi
ini diarahkan sesuai dengan tema praktik lapang dari masing-masing mahasiswa
PL. Penulis pada minggu tersebut melakukan kegiatan pengamatan (observasi) pada
beberapa blok pada divisi H,I,J,K dan divisi Pengembangan. Kegiatan tersebut
bertujuan antara lain mengetahui kondisi baik tanah, topografi, pengairannya
dan dapat menentukan lokasi pengambilan sampel tanah yang dapat mewakili dari
tiap divisi untuk diketahui sifat-sifat fisika tanahnya.
3. Minggu 20 Agustus 2005
Pada hari
tersebut penulis melakukan kegiatan yaitu pembuatan pedon (profil tanah
berdimensi tiga) di divisi Pengembangan, dengan pertimbangan bahwa di divisi
tersebut ada beberapa tempat yang belum diadakan pengolahan tanah, sehingga
keadaan tanahnya masih pada keadaan yang mendekati alami.
4. Senin 21 Agustus 2005
Melakukan
pengamatan terhadap sampel-sampel tanah yang diambil sebagai contoh serta
mencari data-data penunjang guna penyusunan laporan sementara yang selanjutnya
akan dipakai sebagai dasar presentasi.
5. Rabu 23 Agustus 2005
Melakukan
konsultasi dengan pembimbing lapangan, yang beliau adalah Bapak Bangun Budi P
selaku Kelapa Divisi H dengan tujuan penyempurnaan laporan sementara.
6. Minggu 28 Agustus 2005
Pada
tanggal tersebut penulis mempresentasikan hasil Praktik Lapang di depan seluruh
kepala divisi dan bersama-sama dilakukan evaluasi terhadap hasil Praktik
Lapang.
C.
Evaluasi Kegiatan
Tanah ultisol pada perkebunan
PT.Uni Primacom adalah sebagai berikut :
Keterangan :
1. A1 :Horison/
Lapisan tanah atas(top soil),dengan kandungan humus dan bahan organik.
2. A2/E :Lapisan Elluviasi (pencucian) liat yang intensif
3. Bt :Horison B yang mengandung akumulasi liat silika, (bahan
dasar silikat Si,O,Al,Fe). Terdapat lapisan pasir kuarsa keras.
4. Btv :Selain
mempunyai akumulasi liat yang tinggi juga mengandung plinthite
5. R :Batuan
Induk
Tabel 4.2 Deskripsi Tiap Lapisan Tanah Ultisol
Keterangan
|
Lapisan/ Horison
|
|||
A1
|
A2
|
Bt
|
Btv
|
|
Kedalaman
Warna Tanah
Konsistensi (Lembab)
Tekstur
|
(0-15 cm)
Hitam
Gembur
Pasir kasar, liat
|
(15-47 cm)
Keabu-abuan sampai dengan kekuningan
Kokoh
Liat pasiran, lempung
|
(47-78 cm)
Merah kecoklatan
Kokoh
Liat lempung
|
(78-118 cm)
Coklat pucat
Sangat kokoh
Lempung, liat
|
Sumber : Laporan sementara
Dari hasil
dilapangan dalam tabel deskripsi tanah
ultisol di atas, maka dapat diketahui kriteria dari potensi lahan tersebut
dengan melihat tabel di bawah ini.
Tabel 4.3 Kriteria
Potensi Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit menurut Kelasnya (sifat fisik).
Keadaan
|
Kelas Lahan
|
|||
Baik ( I )
|
Sedang ( II )
|
Kurang Baik ( III )
|
Tidak Baik ( IV )
|
|
Tinggi (m)
Topografi
Lereng
Solum (cm)
Dalam Air (cm)
Tekstur
Organik (cm)
Batuan
Erosi
Drainase
Banjir
Pasang surut
|
0-400
datar-ombak
0-15
> 80
> 80
L-lli
5-10
dalam
t.a
baik
t.a
t.a
|
0-400
datar-gelombang
16-25
80
60-80
lip-li
5-10
dalam
t.a
baik
t.a.
t.a
|
0-400
berbukit
25-36
60-80
50-60
plli
5-10
dalam
t.a
agak baik
t.a
t.a
|
0-400
curam
> 36
< 60
40-50
p
> 5
dalam
sedikit
agak baik
sedikit
ada
|
Sumber : Kudadari, A.D., Purba, P dan
Adlin Lubis (1982) : Kesesuaian tanah dan iklim untuk tanaman kelapa sawit
(130).
(l : lempung; Li : Liat; p : pasir)
Dari hasil
pengamatan di Perkebunan PT.Uni Primacom terlihat bahwa tanah ultisol pada
areal perkebunan tersebut termasuk dalam kelas III (Kurang baik). Sesuai tabel
4.3 dan deskripsi dari tiap lapisan tanah ultisol.
Dari
berbagai unsur kemampuan lahan yang terpenting adalah iklim, topografi, keadaan
fisik dan kimia tanah, erosi, drainase dan faktor penting lainnya disusun suatu
klasifikasi kemampuan lahan. Disini dibedakan empat kelas tanah/ lahan dengan
masing-masing potensinya. Tujuan disusunnya klasifikasi potensi ini adalah :
- Agar
sebelum dan sesudah operasi pembukaan lahan, telah diketahui
hambatan-hambatan yang akan timbul.
- Agar
pengusaha mengetahui potensi lahannya untuk penyusunan perencanaan
produksi, perencanaan pabrik, pemasaran dan lain-lain (Anonim).
Tingkat Kesesuaian Lahan
Tabel 4.4 Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman
Kelapa Sawit pada Tanah Mineral
No
|
Karakteristik
Lahan
|
Simbol
|
Intensitas
faktor Pembatas
|
|||
Tanpa
(0)
|
Ringan
(1)
|
Sedang
(2)
|
Berat
(3)
|
|||
1
|
Curah hujan (mm)
|
h
|
1.750-3000
|
1.750-1.500
> 3.000
|
1.500-1.250
|
< 1.250
|
2
|
Bulan Kering (bln)
|
k
|
< 1
|
1-2
|
2-3
|
> 3
|
3
|
Ketinggian (mdpl)
|
l
|
0-200
|
200-300
|
300-400
|
> 400
|
4
|
Bentuk kemiringan lereng (%)
|
w
|
Datar-Berombak
< 8
|
Berombak-bergelombang
8-15
|
Bergelombang-berbukit
15-30
|
Berbukit-bergunung
> 30
|
5
|
Batuan di permukaan dan di
dalam tanah (%.Volume)
|
b
|
< 3
|
3-15
|
15-40
|
> 40
|
6
|
Kedalaman Efektif (cm)
|
s
|
> 100
|
100 - 75
|
75-50
|
< 50
|
7
|
Tekstur Tanah
|
t
|
Lempung
Berdebu
Lempung liat
Berpasir
Berdebu
Lempung
Berliat
|
Liat, liat berpasir, lempung
berpasir, lempung
|
Pasir berlempung, debu
|
Liat berat, pasir
|
8
|
Kelas Drainase
|
d
|
Baik-sedang
|
Agak terhambat, agak cepat
|
Cepat, terhambat
|
Sangat cepat, sangat tergenang,
tergenang
|
9
|
pH (Kemasaman Tanah)
|
a
|
5,0-6,0
|
4,0-5,0
6,0-6,5
|
3,5-4,0
6,5-7,0
|
< 3,5
> 7,0
|
Sumber : Anonim, Budidaya Kelapa sawit,
Pusat Penelitian Kelapa sawit Medan. Indonesia (Modul-100-2003)
Kelas
Kesesuaian Lahan (KKL) ditetapkan berdasarkan jumlah dan intensitas faktor
pembatasnya (Tabel 4.4). Kelas lahan menurut FAO (1976) dibagi menjadi 2 yaitu
sesuai ( S ) dan tidak sesuai (N). Kelas sesuai dibagi menjadi 3 sub kelas
(sangat sesuai (S3), sesuai (S2), dan agak sesuai (S3)). Kelas tidak sesuai (N)
dibagi menjadi 2 sub kelas yaitu tidak sesuai bersyarat (N1) dan tidak sesuai
permanen (N2).
Tabel 4.5 Klasifikasi Kesesuaian Lahan
Untuk Tanaman Kelapa Sawit
Kelas Kesesuaian Lahan
|
Kriteria
|
|
Kelas
|
Sub Kelas
|
|
S
|
S1(Sangat sesuai)
|
Unit lahan yang memiliki tidak lebih dari satu pembatas ringan (optimal)
|
S
|
S2 (Sesuai)
|
Unit lahan yang memilki lebih dari satu pembatas ringan dan/ atau tidak
memiliki lebih dari satu pembatas
|
S
|
S3 (Agak sesuai )
|
Unit lahan yang memiliki lebih dari satu pembatas sedang dan/ tidak
memiliki lebih dari satu pembatas berat
|
N
|
N1 (tidak sesuai
bersyarat)
|
Unit lahan yang memiliki dua atau lebih satu pembatas berat yang masih
dapat diperbaiki
|
N
|
N2 (tidak sesuai
permanen)
|
Unit lahan yang memiliki pembatas berat yang tidak dapat diperbaiki.
|
Sumber : Anonim, Budidaya Kelapa sawit,
Pusat Penelitian Kelapa sawit Medan. Indonesia (Modul-100-2003)
Dilihat dari hasil pengamatan dari
beberapa sifat-sifat fisik tanah ultisol, maka dapat ditentukan kelas
kesesuaian lahannya berdasarkan tabel di atas, yaitu :
Kelas :
( S ) Sesuai
Sub Kelas :
S3 (agak sesuai)
Unit :
S3 – h1,k1,l2,w2,b2,t2,d2,a2
Sehingga dapat diambil kesimpulan, bahwa tanah ultisol di perkebunan PT.Uni
Primacom memiliki potensi untuk tanaman kelapa sawit dengan tingkat kelas
kesesuaian lahan (KSL) agak sesuai (S3).
Kriteria kesesuaian lahan bersifat semi kuantitatif dengan menggunakan
nilai batas terhadap sifat fisik tanah. Penilaian terhadap sifat fisik tanah
lebih ditekankan dibandingkan sifat kimianya, karena sifat kimia tanah lebih
memungkinkan untuk diperbaiki. Dari tabel
di atas (4.3) dapat disimpulkan tanah ultisol di PT.Uni Primacom
memiliki kriteria potensi kurang baik/ kelas III untuk budidaya tanaman kelapa
sawit.
Sedangkan potensi produksi dari masing-masing kelas lahan tersebut
ditentukan oleh keunggulan dari bahan tanaman yang digunakan dan tindakan
kultur teknis yang diterapkan.
Dalam
menempatkan suatu lokasi pada kelasnya, maka perlu diperhatikan keadaan
rata-rata dari suatu unit kebun. Pada suatu kebun yang luasnya 6.000 ha belum
tentu dapat digolongkan dalam satu kelas. Mungkin satu atau lebih blok
digolongkan kelas I tetapi yang lain mungkin masuk ke dalam kelas II atau III.
Iklim sama tetapi sifat fisiknya (topografi,tanah,drainase,dan lainnya) dapat
saja berbeda.
Faktor-faktor
pembatas memang cukup banyak, jenisnya tergantung pada lokasi setempat. Musim
kering panjang, solum tanah yang dangkal, kemiringan lahan, drainase dan
lainnya dapat menjadi faktor dominan. Sebaliknya hujan yang terlalu banyak juga
dapat menjadi faktor pembatas karena tingginya tingkat erosi, hari hujan
setahun tinggi, kerusakan jalan dan lain-lain.
Kendala pengolahan tanah
ultisol diantaranya :
- Tanah
ultisol merupakan tanah yang telah mengalami proses pencucian sangat
intensif
- Sehingga
menyebabkan kejenuhan basa rendah dan kadar mineral lapuknya rendah
- Miskin,
baik secara kimia maupun fisika
- Kemasaman
tanah
- KTK rendah
- Kandungan
fosfor dan kalium rendah
- Erodibilitas
tinggi
(Adlin
U.Lubis, 1992).
Tanah dengan
ordo ultisol di perkebunan PT.Uni primacom mengalami proses pencucian yang
intensif, hal tersebut dapat dilihat dari warna lapisan tanah pada horison
kedua yaitu mulai dari kekuningan sampai keabu-abuan dan bahkan pada beberapa
areal sampai ada yang berwarna putih.
Dilihat dari kelas tanah dan tingkat kesesuaian lahan dapat dikaitkan dengan
potensi produksi tanaman kelapa sawit (Lubis, Adlin U 1996).
Sebagai contoh
potensi produksi tanaman berdasarkan kelas lahan di Pusat Penelitian Perkebunan
Marihat dibawah ini.
Tabel 4.6 Potensi Produksi Tanaman
Berdasarkan Kelas Lahan di Pusat Penelitian Perkebunan Marihat
Umur Tanaman
|
Produksi Tandan
(ton/ha/thn)
|
Produksi Minyak
(ton/ha/thn)
|
Produksi Inti (kernel)
(ton/ha/thn)
|
||||||
Kelas
|
Kelas
|
Kelas
|
|||||||
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
|
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
15
17
18
19
20
21
22
23
24
25
|
9,0
17,0
22,5
27,0
29,0
31,5
32,0
32,0
32,0
32,0
31,5
31,5
30,0
29,0
28,0
27,0
26,0
25,0
23,5
22,0
21,0
19,5
18,5
|
8,0
16,0
21,0
24,5
27,0
28,0
30,0
30,0
30,0
30,0
29,5
28,5
27,5
26,5
26,0
24,5
23,5
22,5
21,5
20,5
19,5
18,5
17,5
|
7,0
14,0
18,0
21,0
24,5
26,5
27,0
27,0
27,0
27,0
26,5
25,5
25,0
24,0
23,0
22,5
21,0
20,5
19,5
28,5
17,5
17,0
16,5
|
1,4
3,9
4,3
5,7
6,8
7,6
7,7
7,7
7,7
7,7
7,6
7,6
7,2
7,0
6,7
6,5
6,2
6,0
5,6
5,3
5,0
4,7
4,4
|
1,2
2,7
4,0
5,1
6,2
7,1
7,2
7,2
7,2
7,2
7,1
6,8
6,6
6,4
6,2
5,9
5,6
5,4
5,2
4,9
4,7
4,4
4,2
|
1,1
2,4
3,4
4,9
5,6
6,4
6,5
6,5
6,5
6,5
6,4
6,1
6,0
5,8
5,5
5,4
5,0
4,9
4,7
4,4
4,2
4,1
4,0
|
0,4
0,8
1,1
1,5
1,7
1,9
1,9
1,9
1,9
1,9
1,9
1,9
1,8
1,7
1,7
1,6
1,6
1,5
1,4
1,3
1,3
1,2
1,1
|
0,4
0,8
1,1
1,3
1,5
1,8
1,8
1,8
1,8
1,8
1,8
1,7
1,7
1,6
1,6
1,5
1,4
1,4
1,3
1,2
1,2
1,1
1,1
|
0,4
0,7
0,9
1,1
1,4
1,6
1,6
1,6
1,6
1,6
1,6
1,5
1,5
1,4
1,4
1,4
1,4
1,2
1,2
1,1
1,1
1,0
1,0
|
Sumber :
Lubis, Adlin U (1996). Potensi produksi kelapa sawit Dxp di Indonesia.
Bull-PP-Marihat vol. 10 No.2, P. Siantar (182). (Pusat Penelitian Perkebunan
Marihat).
Dari tabel
potensi produksi di atas jelas bahwa kelas tanah berpengaruh nyata terhadap
hasil produksi tandan (ton/ha/thn)
Sehingga
usaha pencapaian produksi yang maksimal harus juga melihat kelas kemampuan
lahannya. Dengan mngetahui tingkat kelas lahan dapat kita minimalisir beberapa
kekurangan dari lahan tersebut dengan memberikan perlakuan seperti misalnya
pengapuran guna meningkatkan pH tanah, membuat parit-parit sebagai saluran air
agar tidak terjadi penggenangan sehingga dapat memperbaiki drainase, pemberian
pupuk organik untuk memperbaik sifat fisik dan kimia pada tanah ultisol.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari
kegiatan praktik lapang yang telah dilaksanakan di PT Uni Primacom Kalimantan
Tengah dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Sifat fisik tanah dapat dijadikan sebagai
indikator kesesuaian dan kemampuan tanah untuk penggunaan dalm bidang
perkebunan.
2. Tanah ultisol di PT.Uni Primacom memiliki
kriteria potensi kurang baik/ kelas III untuk budidaya tanaman kelapa sawit.
3. Tanah ultisol di perkebunan PT.Uni
Primacom memiliki potensi untuk tanaman kelapa sawit dengan tingkat kelas
kesesuaian lahan (KSL) agak sesuai (S3)
4. Kelas tanah berpengaruh nyata terhadap
hasil produksi tandan (ton/ha/thn)
5. Kelas tanah dan tingkat kesesuaian lahan
berpengaruh terhadap potensi produksi tanaman kelapa sawit
B.
Saran
1. Untuk meminimalisir beberapa kekurangan
dari lahan tersebut yaitu dengan memberikan perlakuan seperti misalnya
pengapuran guna meningkatkan pH tanah, membuat parit-parit sebagai saluran air
agar tidak terjadi penggenangan sehingga dapat memperbaiki drainase, pemberian
pupuk organik untuk memperbaik sifat fisik dan kimia pada tanah ultisol.
2. Untuk tetap mempertahankan kesuburan tanah
dan mengurangi erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi), maka tanah
ultisol sebaiknya tidak dibuka dengan menggunakan alat-alat berat dengan sistem
cut and fill, tidak dibuka dengan sistem tebang, tebas, bakar.
3. Dalam pengelolaan lahan kering marginal
terutama pada lahan berlereng harus diiringi dengan tindakan konservasi tanah
dan air. Penambahan bahan organik mutlak diperlukan.
4. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam
usaha perkebunan yaitu mempertahankan kecukupan bahan organik dan tindakan
pengawetan tanah dan air, yang dapat dimulai dari yang paling sederhana yaitu
berupa pengembalian bahan organik setempat melalui mulsa (mulching) sampai
kepada pemberian pupuk kompos/pupuk hijau dan tindakan konservasi tanah secara
mekanis dengan kombinasi vegetatif lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adlin U.Lubis, 1992.Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Bandar Kuala. Pematang Siantar. Sumatra Utara.
Anonim, 2000. Kelapa Sawit. Penebar Swadana. Jakarta.
Anonim. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. Medan. Indonesia (Modul
M.100-203)
Arsyad S., 1983. Pengawetan Tanah dan Air. Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Darwis S.N,
1986. Tanaman Kelapa Dan Lingkungan
Pertumbuhannya. Departemen Pertanian. Jakarta
Hardjowigeno, Sarwono.1985.
Genesis Dan Klasifikasi Tanah.
Fakultas Pasca Sarjana IPB.Bogor.
Mohr,E.C.J.,F.A.Van Baren
and J Van Schuylanborgh. 1972. A
Comprehensive Study Of Thier Genesis. Mounton-Ichtiar Baru-Vanhoerne, The
Haque-Paris. Jakarta
Munir, MS.1996. Tanah-Tanah Utama di Indonesia. PT.
Dunia Pustaka Jaya. Jakarta
Sadjad, S. 1995. Empat Belas Tanaman Perkebunan untuk
Agroindustri. Balai Pustaka. Jakarta.
Selardi S, 2003. Budidaya Kelapa
Sawit. Agromedia Pustaka. Depok. Indonesia
Sinukaban N., 1990. Pengaruh Pengolahan Tanah Konservasi dan
Pemberian Mulsa Jerami terhadap Produksi Tanaman Pangan dan Erosi Hara. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk,
Nomor 9, 1990. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Sitorus S.R.P., 1989. Survai Tanah dan Penggunaan Lahan.
Laboratorium Perencanaan Pengembangan
Sumberdaya Lahan. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Suwardjo H., A.
Abdurrachman dan S. Abujamin, 1989. The Use of Crop Residue Mulch to Minimize
Tillage Frequency. Pemberitaan
Penelitian Tanah dan Pupuk, Nomor 8, 1989. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, Bogor.
2 comments
Untuk artikel jenis tanah yang lain mohon untuk dapat ditambahkan. thanks
Terima kasih atas sarannya gan, untuk menambah artikel harus menyesuaiakan waktu dulu. Maklum belum sempat.
thanks for your comments